Indonesia Terus Naik Kelas

Tahun ini diprediksikan perekonomian Indonesia semakin membaik. Bahkan, penilaian Country Risk Classification (CRC) dan Sovereign Credit Rating,posisi Indonesia semakin kokoh di kancah ekonomi global. Laporan terbaru Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organization for Economic Co-Operation and Development/OECD) tentang Klasifikasi Risiko Sebuah Negara (Country Risk Classification/ CRC) mengungkapkan, posisi Indonesia semakin membaik. Hasil kajian yang dipublikasi pada (02/04) mengungkapkan, Indonesia merupakan satu-satunya negara yang naik kelas.

Semula posisi CRC Indonesia berada di level 5, kini menjadi 4 (untuk penilaian skala 0– 7). Dengan nilai ini, berarti Indonesia saat ini telah sejajar dengan negara-negara seperti Mesir, Uruguay, dan Filipina. Sebelumnya, sejak April 2005, Indonesia berada pada level 5 bersama-sama dengan antara lain Vietnam,Paraguay, dan Macedonia. Faktor utama kenaikan peringkat CRC ini adalah indikator ekonomi makro-ekonomi Indonesia yang cukup baik (favourable).

Dari pemantauan Type Approval Indonesia, ekonomi Indonesia merupakan salah satu negara yang mampu bertahan di tengah gejolak krisis keuangan global dan Indonesia merupakan satu dari sedikit negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi positif pada 2009. Membaiknya kinerja ekonomi makro dan stabilitas ekonomi tersebut merupakan hasil dari kombinasi antara kebijakan ekonomi yang baik dan berorientasi jangka panjang (forward looking), reformasi struktural yang terus berjalan, serta pengelolaan utang yang cukup baik dari pemerintah.

CRC Indonesia memang sudah selayaknya dinaikkan.Kenaikan CRC oleh OECD yang telah diupayakan Indonesia sejak beberapa tahun terakhir ini akan berdampak pada penurunan cost of fund atas pinjaman kredit ekspor yang diterima pemerintah, terutama penurunan yang cukup signifikan pada biaya insurance premium, untuk selanjutnya dapat mengurangi beban APBN.

Per Desember 2009, posisi pinjaman kredit ekspor pemerintah mencapai 10,5% dari total utang luar negeri pemerintah, ungkap Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Hartadi A Sarwono dalam pernyataan resminya. Dari 161 negara, hanya Indonesia yang dalam sidang OECD awal April memperoleh perbaikan peringkat CRC, sementara tiga negara lainnya justru memburuk, yakni Bahrain dan Uni Emirat Arab yang keduanya turun dari level 2 menjadi 3 dan Yaman dari level 6 menjadi 7.

Menurut BI, hal positif lainnya dari kenaikan CRC ini adalah posisi tawar Indonesia dalam negosiasi pinjaman luar negeri menjadi lebih baik sehingga diharapkan akan memperoleh pinjaman luar negeri khususnya pinjaman kredit ekspor dengan terms and conditions yang lebih menguntungkan.

Fundamental makroekonomi yang terjaga, likuiditas eksternal yang semakin menguat,rasio utang pemerintah yang secara bertahap terus menurun,serta didukung kebijakan fiskal yang berhati-hati, dan kelancaran pelaksanaan reformasi struktural, diharapkan dapat menyokong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dalam satu tahun mendatang sehingga momentum positif dapat terus terjaga untuk perbaikan peringkat CRC selanjutnya.

Beberapa negara tetangga seperti Brunei Darussalam memiliki level tetap di angka 2,Kamboja tetap (6), Malaysia tetap (2),Thailand tetap (3), Singapura tetap (0), dan Vietnam tetap (5). Sebelumnya, pada 12 Maret 2010, lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor’s (S&P) juga menaikkan long-term foreign currency rating Indonesia menjadi BB dari semula BB minus dan longterm local currencytetap di BB plus. Outlook untuk kedua rating ini ditetapkan positif.

Dengan peningkatan rating ini, Indonesia tinggal 2 notch lagi menuju investment grade, dan outlook positif menunjukkan bahwa besar kemungkinan Indonesia untuk memperoleh peningkatan rating lagi dalam 1 tahun ke depan. Dalam pernyataan resminya, Sovereign Analyst Utama S&P untuk Indonesia, Agost Benard menyatakan, faktor utama peningkatan rating ini adalah rasio utang pemerintah yang secara bertahap terus membaik, peningkatan cadangan devisa yang menunjang penurunan tingkat kerentanan terhadap shock, disertai historikal pengelolaan kebijakan fiskal yang berhati-hati.

Kondisi perekonomian Indonesia dan nilai tukar mata uang rupiah dianggap memiliki kinerja terbaik di dunia pada 2009.Indeks harga saham gabungan (IHSG) melompat hingga 87%, sementara kenaikan nilai tukar rupiah naik hingga 15%. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010 sebelumnya diprediksi hanya 4%, namun BI merevisi menjadi 6–6,5%. Kenaikan Indonesia dalam penilaian S&P,dari level BB minus menjadi BB plus, menjadikan posisi Indonesia setara dengan Filipina dan Turki.

Bagi Indonesia kenaikan ini merupakan pertama kali dan tertinggi sejak 1998, setelah selama empat tahun berada di level BB minus. Kenaikan level serupa juga diungkapkan lembaga pemeringkat lainnya, Fitch dan Moody’s. Hartadi menyatakan, upgrade dari S&P sudah sesuai dengan ekspektasi dan sudah selayaknya dinaikkan, mengingat peringkat Indonesia oleh S&P tercatat lebih rendah dibanding peringkat yang ditetapkan Moody’s dan Fitch.

Patut menjadi perhatian adalah outlook positif yang diberikan S&P, di mana outlook tersebut merefleksikan ekspektasi positif S&P bahwa agenda reformasi struktural, kebijakan fiskal, dan ekonomi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi pada tingkat yang lebih tinggi diyakini akan terus berjalan seiring menurunnya tekanan politik yang diyakini hanya merupakan distraksi temporer, ujarnya.

Dengan fundamental makroekonomi yang terjaga, likuiditas eksternal yang semakin menguat, rasio utang pemerintah yang secara bertahap terus menurun,serta didukung kebijakan fiskal yang berhati-hati dan kelancaran pelaksanaan reformasi struktural, diharapkan dapat menyokong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dalam satu tahun mendatang sehingga momentum positif dapat terus terjaga untuk peningkatan rating selanjutnya terkait upaya mencapai target investment grade.