Kawasan Strategis Nasional Mamminasata

Makassar beserta tiga kota penyangga Maros, Sungguminasa, dan Takalar berkembang cukup pesat. Tuntutan aksesbilitas yang cepat dan murah sudah menjadi keharusan seiring penerapan Kawasan Strategis Nasional Mamminasata.Untuk menunjang laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, dibutuhkan solusi transportasi massal yang memadai, cepat, dan berbiaya murah.Berdasarkan data media, jumlah pengguna angkutan umum di Mamminasata mencapai 1,6 juta setiap harinya. Diprediksi, dalam lima tahun kedepan, akan terus meningkat menjadi 2,2 juta jiwa. Dikhawatirkan, pertumbuhan penumpang tersebut akan menjadi masalah jika tidak dilakukan penanganan sejak dini.

Apalagi, Makassar masuk dalam enam kota metropolitan dengan tingkat kemacetan parah. Memasuki pertengahan 2011, angin segar pembenahan transportasi di Kota Makassar berhembus.Adalah mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang menggagas moda transportasi massal monorel yang membelah tiga kota di Mamminasata, yakni Makassar, Sungguminasa, dan Maros.

Proyek transportasi massal yang diperkirakan menelan anggaran hingga Rp4 triliun ini melibatkan konsorsium bersama Kalla Group dengan perusahaan Para Group milik pengusaha ternama Chairul Tanjung. Direktur Pengembangan PT Hadji Kalla Solihin Kalla, mengemukakan,transportasi publik harus memenuhi syarat ramah lingkungan dan menembus sudut perkotaan.

Di samping itu, tidak menambah kemacetan yang sudah ada. ”Monorel adalah solusinya. Kami siap berinvestasi Rp4 triliun guna membangun 40 km monorel dalam tiga tahap.Tahap pertama segera dimulai pertengahan tahun depan,” ujarnya. Untuk tahap pertama,proyek ini akan dimulai pada awal 2012 mendatang dan akan difokuskan untuk pembangunan jalur monorel Daya-Lapangan Karebosi sepanjang 14 kilometer.

Jalur ini melewati jalan Jalan Perintis Kemerdekaan- Urip Sumoharjo-Jalan Bawakaraeng- Lapangan Karebosi, sebagai stasiun utama. Kemudian untuk tahap kedua, direncanakan pembuatan jalur monorel dari Karebosi- Sungguminasa yang melewati sejumlah jalur sterategis di Kota Makassar hingga Kabupaten Gowa,dengan memiliki panjang 12 kilometer.

Sedangkan untuk tahap ketiga dengan jalur Daya-Bandara Internasional Hasanuddin sepanjang 8 kilometer akan dibangun setelah kedua tahap di atas rampung.Sehingga total panjang moda transportasi massal modern yang membelah tiga kota ini sepanjang 30 kilometer. Dari setiap stasiun monorel nantinya,juga akan dilengkapi dengan sebuah perkantoran, shopping centre, serta coffee shop bagi calon penumpang.

Selain itu, disiapkan pula fasilitas perparkiran memadai sehingga kendaraan pribadi bisa diparkir,dan pemiliknya menggunakan monorel menuju perkantoran. Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan, monorel yang menjadi solusi mengatasi kemacetan tersebut akan menjadi kebanggaan masyarakat yang dapat ditunjukkan kepada dunia, sebagai satu-satunya dan pertama di Indonesia.

Proyek monorel ini akan disandingkan dengan pembangunan jaringan kereta api lintas Makassar-Parepare sepanjang 128 kilometer sebagai penjabaran pengembangan Koridor Sulawesi dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) “Sudah saatnya Sulsel khususnya Kota Makassar memiliki infrastruktur transportasi yang canggih,”ujar Syahrul.

Rel kereta api sepanjang 128 kilometer ini akan dikoneksikan dengan jalur kereta api yang membelah pulau Sulawesi bagian selatan hingga utara sepanjang 2.000 kilometer. Kini,kelanjutan realisasi proyek tersebut sementara memasuki tahap kajian oleh investor dan tim dari Pemprov, Pemkot, Pemerintah Kabupaten Gowa, dan Maros, sebelum pembangunan infrastruktur dimulai tahun depan. Kendati demikian, semua intansi terkait di Makassar sudah menyatakan kesiapannya membantu percepatan proyek itu. Seperti penataan ruang, pengaturan lalu lintas,serta pembebasan lahan warga yang dilalui rute monorel.