Longsor di Solok, Tiga Tewas
Tiga tewas dan sembilan lainnya kritis akibat tanah longsor yang menimpa lima rumah di Nagari (Desa) Saok Laweh, Kabupaten Solok, Sumatera Barat (Sumbar),k emarin. Musibah itu terjadi saat hujan deras melanda daerah tersebut. Tiga korban tewas masing-masing bernama, Fira, 7, Bayu, 4, serta Fina, 13 bulan. “Sementara sembilan korban kritis hingga kini masih dirawat di Rumah Sakit Tentara (RST) Solok,”tandas Kepala Badan Kesatuan Bangsa,Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolinmas) Kabupaten Solok Abdul Manan kemarin. Akibat musibah tersebut, empat rumah rata dengan tanah sedangkan satu lagi rusak ringan.Sejauh ini,dia belum menerima datadata secara resmi identitas korban kritis. “Kami masih melakukan pendataan,” imbuhnya. Kerugian yang ditimbulkan akibat musibah yang terjadi pukul 06.30 WIB itu mencapai Rp1 miliar.
Manan mengaku, satu alat berat telah diterjunkan untuk membuang tanah yang menimbun lima rumah tersebut. “Petugas yang dilibatkan untuk melakukan evakuasi terdiri dari aparat TNI/Polri,Satuan Polisi (Satpol) PP Solok, serta sejumlah masyarakat setempat,”tukasnya. Manajer Pusat Kendali Operasi Penanggulangan Bencana Sumbar Ade Edwar mengaku, selama Maret ini musibah banjir dan longsor kerap melanda Sumbar.“Karena itu, saya mengimbau masyarakat Sumbar untuk tetap waspada karena intensitas hujan masih tinggi,” imbaunya.
Sebelumnya, Senin (22/3) lalu sebanyak enam nagari di tiga kecamatan di Kabupaten Limapuluh Kota dilanda banjir disertai tanah longsor.“Peristiwa yang sama, sebelumnya juga menimpa Kecamatan Lembangjaya dan Kecamatan Gunungtalang di Kabupaten Solok pada Rabu (17/3) lalu. Dalam musibah ini,ratusan rumah dan berbagai fasilitas umum rusak,”ungkapnya. Sementara itu,ketinggian banjir di Karawang, Jabar, terus bertambah hingga mencapai empat meter akibat dibukanya pintu BendungWalahar. Meningkatnya ketinggian air terlihat dari bertambahnya jumlah rumah warga yang terendam dari 9.561 rumah menjadi 15.510 rumah.
Begitu juga, jumlah pengungsi bertambah dari 37.117 jiwa,menjadi 64.630 jiwa. Kondisi kesehatan pengungsi juga terus memburuk. Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, Eman mengatakan, sejak dibukanya posko kesehatan pada 17–23 Maret 2010, sebanyak 7.692 orang sudah terserang berbagai penyakit.“ Di antaranya,warga yang menderita gatal-gatal 2.070 orang,” terangnya.Sebanyak 10 kecamatan yang terendam banjir antara lain, Kecamatan Karawang Barat, Karawang Timur, Telukjambe Timur, Telukjambe Barat, Ciampel, Batujaya, dan Kecamatan Pakisjaya. BanjirdiPurwakarta, Jabar, juga tak kunjung surut.
Diperkirakan, banjir yang melanda Desa Cikao Bandung, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, tak akan surut hingga satu bulan ke depan. Banjir akibat tingginya volume air Waduk Jatiluhur itu dan meluapnya Sungai Cikao dan Cinangka ini menjadi bencana alam terburuk dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Berdasarkan data Posko Penanggulangan Banjir Desa Cikao Bandung, sebanyak 1.704 warga masih harus hidup di pengungsian. Mereka terdiri dari 881 orang dewasa, 729 anak-anak, serta 44 balita. Namun, Kepala Desa (Kades) Cikao Bandung Saepul Hidayat mengaku, kondisi warga di pengungsian sangat memprihatinkan.
“ Bahkan, 75 kepala keluarga di Kampung Sawah, harus tinggal di eks jalan kereta api dengan fasilitas seadanya,” tukasnya. Menurut dia, warga Kampung Sawah sudah terisolasi sejak 5 Maret 2010. Satu-satunya sarana transportasi yang dapat menjangkau daerah tersebut hanyalah perahu. “Kami sudah mulai kesulitan memenuhi kebutuhan pokok para warga meskipun bantuan berupa sembako, airmineral, sertaairbersih sudah berdatangan.Tetapi,semua bantuanitupalinglamahanya untuk dua hari saja. Sementara musibah banjir sendiri kemungkinan masih akan terus menggenangi sampai 30 hari ke depan,” terang Saepul.
Di bagian lain, Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Asri Purwakarta menerjunkan tim medis beserta obat-obatan ke Kampung Sawah. Direktur RSIA Asri Rustandie menyatakan, terus berupaya menjangkau tempat-tempat terisolasi agar tim medisnya dapat melayani para warga. “Satu-satunya cara untuk menuju lokasi hanya menggunakan perahu.” Sementara di Kabupaten Boyolali, Jateng, sebanyak 185 rumah warga di Desa Gladagsari dan Desa Tanduk,Kecamatan Ampel, Selasa (23/3) lalu mengalami kerusakan akibat terjangan angin puting beliung.
Rinciannya, sebanyak 80 rumah di Desa Gladagsari dan 105 di Desa Tanduk. Beruntung tak ada korban jiwa dalam musibah tersebut.“ Hingga kemarin masih terus dilakukan pendataan rumah rusak,” tandas pegawai Kesejahteraan Sosial, Kecamatan Ampel, Hartono, kemarin.