Melanjutkan Momentum

Indonesia semakin jauh meninggalkan krisis finansial yang terjadi beberapa waktu lalu.Dengan begitu, perekonomian Indonesia akan semakin tumbuh secara cepat. Setidaknya asumsi itu yang dilaporkan Bank Dunia mengenai prospek perekonomian Indonesia.Tahun ini Bank Dunia bahkan memprediksi perekonomian Indonesia akan tumbuh sebesar 5,6%. Optimisme ini seperti yang disampaikan Bank Dunia pada laporan terbarunya tentang kuartal perekonomian Indonesia yang diumumkan awal April lalu. Dalam laporan bertajuk Indonesian Economic Quarterly: Building Momentum, Bank Dunie menyebutkan, sepanjang tahun lalu perekonomian Indonesia melaju cepat,tingkat pertumbuhan di akhir tahun di atas rata-rata sebelum krisis.

Tahun lalu memang ada perlambatan ekonomi namun kondisi tersebut hanya berdampak kecil terhadap lapangan kerja dan kesejahteraan Indonesia. Malah pada akhir tahun dampak tersebut mulai pulih. Karena itu, Bank Dunia menilai, tahun lalu adalah momentum pembangunan ekonomi Indonesia. Pencapaian tersebut tak lepas dari kebijakan propertumbuhan yang dilakukan pemerintah.

Posisi pertumbuhan kembali seperti pada saat puncak di kuartal keempat sebelum krisis. Di luar dugaan, defisit anggaran tahun lalu juga ternyata lebih kecil 0,8% dari asumsi RAPBN 2009. Lagi-lagi, pencapaian ini karena kebijakan propertumbuhan yang diambil pemerintah. Realisasi pertumbuhan perekonomian 2009 lebih tinggi dari perkiraan sebesar 4,5%. Karena itu,Bank Dunia memprediksi, jika Indonesia bisa menjaga pencapaian tahun lalu, bukan tidak mungkin pertumbuhan tahun ini bakal lebih besar.

Bank Dunia memprediksi, tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,6% (lebih besar dari perkiraan sebelumnya yaitu 5,4%).Malah, pada 2011 pertumbuhan diperkirakan bisa lebih tinggi yaitu sebesar 6,2%. Ekonom Senior Bank Dunia untuk Indonesia Enrique Blanco Armas mengatakan, pendorong utama pertumbuhan diperkirakan terus datang dari permintaan domestik dengan peningkatan impor. Ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 5,6% atau bahkan lebih tinggi pada 2010.

Pertumbuhan harga yang moderat akan dapat mengangkat daya beli riil rumah tangga. Pertumbuhan investasi juga diharapkan meningkat pada 2010 berkat harga-harga komoditas yang lebih tinggi dan permintaan eksternal, papar Armas. Karena itu, kata Armas, bukan tidak mungkin momentum Indonesia akan terus terjaga hingga 2011 mendatang.

Dengan posisi perekonomian yang lebih kuat, Bank Dunia menyarankan pembuat kebijakan di Indonesia perlu melakukan sejumlah langkah untuk melanjutkan gerak momentum yang membaik itu. Misalnya, melindungi ekonomi dari volatilitas ekonomi global dengan mengurangi eksposur anggaran terhadap naik turunnya harga komoditas. Selain itu, pemerintah perlu lebih banyak menginvestasikan sumber daya pada barang publik dan pelayanan sosial.

Bank Dunia juga melihat perlunya menjaga iklim investasi, salah satunya adalah dengan efektivitas birokrasi. Selain itu, pemerintah perlu memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi bisa mengarah pada peningkatan standar hidup bagi seluruh masyarakat Indonesia. Menurut Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia Shubham Chaudhuri, perkembangan ekonomi global yang penuh gejolak telah menantang Indonesia. Hebatnya, Indonesia mampu melewatinya.

Dengan adanya asumsi positif pada pertumbuhan jangka pendek, menjadi wajar jika fokus laporan kuartalan Bank Dunia justru bergeser pada permasalahan jangka menengah yang dihadapi, di antaranya mengenai masuknya arus modal. Walaupun pertumbuhan memperlihatkan adanya peningkatan, Shubham menilai, masih ada peluang risiko jika sejumlah isu-isu jangka pendek tidak dipantau dan ditangani dengan baik.

Menurut Type Approval Indonesia di antara isu yang perlu dipantau adalah pengelolaan arus masuk modal. Bank Indonesia (BI) telah mengelola arus modal yang besar baru-baru ini yang telah mengurasi volatilitas rupiah tanpa menekan harga dalam negeri atau biaya tinggi untuk anggaran. Hal ini, menurut Shubham, perlu terus dipantau agar jangan sampai terjadi hal yang kontraproduktif. BI telah mengelola arus masuk modal yang besar dan paket stimulus pemerintah menambah sekitar 1% terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) 2009, ujar Shubham.

Hal lain yang perlu dipantau adalah masalah perdagangan bebas ASEAN-China (ASEAN-China Free Trade Agreement/ACFTA). Perjanjian ini dalam pandangan Bank Dunia memberikan dampak kecil pada perekonomian Indonesia. Kendati begitu, Indonesia harus tetap waspada kepada dampak yang bisa memungkinkan membesar kepada sektor tertentu, misalnya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Lalu Indonesia harus mampu memanfaatkan perjanjian ini untuk memberi peluang jangka panjang yang signifikan bagi perekonomian dalam negeri.ACFTA yang baru direalisasikan awal tahun ini menjadi perhatian utama sebagian kalangan. Maklum, banyak kalangan menyangsikan produk-produk Indonesia bisa bersaing dengan produk China yang dikenal punya keunggulan di sisi harga.

Wajar jika sejumlah kalangan menunjukkan rasa pesimismenya menyikapi ACFTA. Kendati begitu, sebagian kalangan justru optimistis Indonesia bisa menjalani ACFTA dengan baik,selama pemerintah memberikan dukungan penuh terhadap produk dalam negeri. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah masalah harga minyak yang berhubungan erat dengan pengeluaran pemerintah di bidang subsidi.

Anggaran dipengaruhi volatilitas harga minyak.Meningkatkan biaya subsidi dan mempersulit perencanaan, membuat pengeluaran kurang efektif, terutama untuk pendidikan. Sejumlah hal inilah yang harus diperhatikan pemerintah dalam jangka pendek. Pantauan akan sejumlah hal di atas dapat lebih memastikan pertumbuhan ekonomi pada garis yang terus positif dan lebih meningkat lagi.

Shubham menambahkan, mempertahankan pertumbuhan Indonesia ke dalam jangka panjang membutuhkan dukungan yang lebih baik bagi investor. Perlu ada sistem yang melindungi masyarakat Indonesia yang rentan. Karena itu, perlu dipastikan manfaat dari pertumbuhan ekonomi yang mampu memberikan pelayanan secara efektif. Bagi Indonesia, untuk bangkit menuju potensinya, investasi harus dilakukan dalam meningkatkan kualitas pelayanan pemerintah, infrastruktur yang dapat diakses semua pihak dan peraturan yang mendukung investor, tambah Shubham.

Pengamat Ekonomi UI yang sekaligus Staf Ahli Menteri Keuangan M Chatib Basri mengatakan, prediksi pertumbuhan ekonomi Bank Dunia ini lebih baik dibanding prediksinya.Kendati begitu, Chatib berharap, prediksi Bank Dunia ini bisa benar-benar terjadi. Perekonomian Indonesia yang mampu membangun momentum selama 2009 disebabkan adanya kebijakan pemerintah yang mendukung pertumbuhan.

Tetapi, untuk menjaga momentum ini, menjadi tantangan bagi pemerintah untuk menelurkan kebijakan selanjutnya. Saat ini kondisi makro-ekonomi dalam bentuk yang baik. Hal ini diperlihatkan dengan fiskal yang berkelanjutan,inflasi terkendali, pertumbuhan rebound dan adanya arus masuk modal, ungkap Chatib. Pertumbuhan ekonomi yang baik juga ditopang sebuah keberuntungan. Menurut Chatib, pertumbuhan yang baik pada masa krisis tahun lalu merupakan kolaborasi antara keberuntungan dan kebijakan pemerintah yang efektif.