Merajut Indonesia Belajar Aksara Nusantara Merajut Indonesia Belajar Aksara Nusantara

Merajut Indonesia Belajar Aksara Nusantara

Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) mengembangkan website merajutindonesia.id yang diproyeksikan sebagai Big Data atau rujukan bagi pembelajaran aksara nusantara ke depan. Ini salah satu upaya PANDI untuk melestarikan dan mengembangkan aksara nusantara.

Saat ini beberapa aksara nusantara sudah tercantum dalam kurikulum pendidikan dan diajarkan kepada peserta didik. PANDI bersama beberapa pegiat aksara nusantara terus melakukan sosialisasi penggunaan aksara nusantara di masyarakat.

Yudho Giri Sucahyo, Ketua PANDI, mengatakan di era digital ini pembelajaran aksara tidak hanya dilakukan melalui buku-buku atau media konvensional, tapi juga transformasi digital.

“Salah satu program Merajut Indonesia adalah Digitalisasi Aksara Nusantara (MIMDAN) untuk memperkenalkan aksara nusantara di perangkat digital. Supaya masyarakat dapat mengetahui keragaman aksara dan langsung mencobanya di perangkat digital seperti ponsel pintar. MIMDAN juga mengembangkan satu aplikasi melalui website merajutindonesia.id yang akan diluncurkan pada 2 September mendatang. Harapan ini website MIMDAN bisa menjadi big data yang menjadi rujukan pembelajaran aksara nusantara di Tanah Air,” ujar Yudho, Rabu (25/8).

Dalam pengelolaan dan pengembangan program MIMDAN, PANDI tidak bekerja sendiri melainkan merangkul banyak pihak seperti lembaga pemerintah baik pusat maupun daerah, komunitas, media, dan pegiat aksara.

Ada banyak kegiatan yang dilakukan sejak tahun lalu, mulai dari perlombaan pembuatan website menggunakan aksara nusantara, diskusi atau webinar, hingga selebrasi digitalisasi aksara di beberapa daerah.

Fajar Yugaswara, staf PANDI yang mengawal proses pembuatan website merajutindonesia.id, menambahkan program MIMDAN akan terus bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat digital, seperti aplikasi web, aplikasi ponsel pintar (smartphone), basis data, pengarsipan digital, dan sebagainya. Sementara kegiatan lain yang dirumuskan MIMDAN adalah pengumpulan referensi aksara nusantara, pembuatan dan pengumpulan fonta (font), standardisasi aksara (SNI/ISO), pendaftaran aksara ke UNICODE, implementasi aksara dalam berbagai perangkat, pendaftaran ke ICANN, serta kegiatan lain yang disesuaikan dengan perkembangan.

“Bulan ini MIMDAN meluncurkan website versi terbaru dengan konsep lebih visioner, terstruktur, memiliki basis data yang mudah dikembangkan, dan dapat berjejaring dengan aplikasi lain. Ke depan, web MIMDAN dikembangkan menjadi pusat data bahasa dan aksara nusantara,” terang Fajar.

Menurutnya, ada banyak fitur yang ditambahkan dalam website versi terbaru, selain pembaruan tampilan dan restrukturisasi menu. Di samping fitur yang umum dalam sebuah website: artikel, berita, dan testimoni, dan menu “Unicode Aksara Nusantara”.

Pada fitur ini, pengunjung dapat melihat sejarah setiap aksara nusantara. Demikian pula informasi digitalitasi aksara tersebut, misalnya status Unicode, fon Unicode yang tersedia, pendaftaran ke BSN, dan sebagainya.

Keberadaan website merajutindonesia.id merupakan respons terhadap globalisasi dan modernisasi dengan tetap mempertahankan nilai-nilai budaya yang menjadi ciri suatu masyarakat Indonesia. MIMDAN akan terus berupaya agar generasi berikutnya tetap bisa mengetahui aksara nusantara melalui platform digital, pungkas Fajar.

Dadan Sutisna, Pimpinan Redaksi merajutindonesia.id, menjelaskan fitur Transkara dibutuhkan masyarakat, karena aksara-aksara nusantara memiliki banyak kemiripan sehingga memungkinkan untuk dirajut dalam satu aplikasi mandiri.

“Aplikasi ini dapat langsung digunakan tanpa harus memasang banyak fon. Nanti pengguna bisa mencoba menulis dengan memilih salah satu aksara, kemudian mengalihkan ke dalam huruf Latin dan sebaliknya. Selain itu, ada juga fitur pengenalan karakter untuk masing-masig aksara,” ucapnya.

Kata dia, ada beberapa tantangan dalam pengembangan aplikasi Transkara. Salah satunya, belum semua aksara bisa masuk ke dalam aplikasi ini, karena syaratnya adalah aksara tersebut harus sudah memenuhi standar Unicode. Sampai saat ini barubeberapa aksara yang tercatat di Unicode, yaitu Bali, Sunda, Jawa, Lontaraq (Bugis), Batak dan Rejang (Surat Ulu). Kendala lainnya, masalah standardisasi untuk transliterasi dan papan ketik. Namun, atas upaya PANDI dan BSN, masalah tersebut teratasi dalam waktu dekat setelah beberapa aksara nusantara mendapat standar ISO.

“Sambil menunggu proses standardisasi, fitur Transkara ini akan terus dikembangkan. Masyarakat bisa mencobanya dari sekarang, karena kita juga memerlukan saran untuk perbaikan ke depan. Selain itu, beberapa fitur di Transkara merupakan adaptasi dari para penggagas sebelumnya. Secara pribadi saya mengucapkan terima kasih kepada Dian Tresna Nugraha yang mengembangkan transliterasi aksara Sunda, dan Benny Lin yang mengembangkan transliterasi aksara Jawa dan Bali,” pungkas Dadan.