Penyebab utama lambannya pertumbuhan BPR
Pertumbuhan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sumut masih lambat. Kurangnya modal dan kredibilitas pengurus/ dewan direksi dinilai sebagai penyebab utama lambannya pertumbuhan BPR tersebut. Berdasarkan data BI Kantor Regional Sumut dan NAD hingga April 2011 baru berdiri 51 BPR. Jumlah ini didukung oleh 75 jaringan kantor cabang dan kas. Total semuanya menjadi 126. Dalam waktu dekat, akan berdiri empat BPR baru, yakni BPR Prima Madani, BPR Asia Benua Cemerlang, BPR Ronatama Mandiri dan BPR Universal.
Pengawas Bank Madya Senior Bank Indonesia (BI) Kantor Regional Sumut dan NAD Indra Yuheri mengatakan,jika dibandingkan dengan daerah lain pertumbuhan BPR di Sumut lebih lambat. Jika bicara persyaratan, pada dasarnya pendirian BPR tidaklah sulit namun BI memang harus selalu menjalankan prinsip kehatihatian dalam mengeluarkan izin pendirian BPR. “Berbagaipersyaratanumum dan khusus kami periksa dengan detail untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, seperti pembobolan bank yang sekarang ini marak terjadi,” katanya di Medan,kemarin. Persyaratan umum yang dimaksud di antaranya harus berkewarganegaraan Indonesia, memiliki modal Rp10 miliar untuk kota Medan dan Rp500 juta bagi yang ingin membuka BPR di kabupaten/kota.Sedangkan persyaratan khusus di antaranya kelayakan keuangan dan integritas, serta pemilik atau pengurus,termasuk dewan direksi tidak boleh masuk dalam orang yang dilarang. Adapun yang dimaksud dengan orang dilarang yaitu pengurus dan dewan direksi harus merupakan orang-orang yang mempunyai kredibilitas baik, tidak pernah terlibat dalam kasus korupsi dan tindak kriminal lainnya. Selain itu, direksi juga bukan merupakan nasabah dari kredit macet. “Untuk persyaratan khusus ini, ada yang tidak bisa memenuhinya jadi tidak kami beri izin,”ucapnya. Persyaratan itu penting karena menyangkut pengelolaan uang sehingga BI harus melakukan pengawasan yang cukup ketat,terutama terkait dengan pengurus atau dewan direksinya.
“ Pengelolaan uang harus jelas jadi siapa yang mengelola itu menjadi persyaratan khusus kami,”ujarnya. Ketua Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Sumut Syafaruddin Siregar mengatakan,keterlambatan pertumbuhan BPR di Sumut disebabkan minimnya pendanaan. ”Bank-bank besar lebih memilih untuk menyimpan uangnya di SBI dibandingkan harus menyalurkan ke BPR,”ucapnya. Diungkapkannya, saat ini banyak BPR di Sumut yang mengalami kesulitan likuiditas karena minimnya bank umum yang bersedia menyalurkan modal ke BPR. Padahal, jika bank umum bersedia menyalurkan modalnya ke BPR maka dipastikan bisa menurunkan suku bunga sehingga dapat bersaing dengan bank-bank lain.
Apalagi, BPR memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki bank umum, di antaranya sistem hubungan emosional dengan nasabah karena petugasnya langsung mendatangi nasabah yang meminjam. “Kalau di bank umum,nasabah yang meminjam harus mengembalikan lagi ke bank sedangkan di BPR, petugas yang mendatangi,”ucapnya. Demikian catatan online Standardisasi tentang penyebab utama lambannya pertumbuhan BPR.