Pusat distribusi pangan antar pulau
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel akan menjadikan Kabupaten Pinrang sebagai pusat distribusi pangan antarpulau. Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Nu’mang saat pembukaan KTI Expodi Celebes Convention Centre (CCC), kemarin, mengatakan, beberapa ko-moditas andalan Sulsel, seperti jagung dan beras, telah surplus masing-masing 1,5 juta ton dan 2 juta ton.Namun kendalanya, komoditas itu sulit didistribusikan, baik antarpulau maupun untuk ekspor. Persoalan itulah yang membuat pemerintah mengembangkan Pelabuhan Marabombang di Kabupaten Pinrang, sebagai pelabuhan khusus komoditas unggulan.
“Sebelumnya pelabuhan itu untuk mengangkut kayu. Kemudian dikembangkan dengan menambah kedalamannya,” paparnya. Dari sebelumnya hanya 9 meter, saat ini sudah mencapai 15 meter. Dengan kedalaman seperti itu, diharapkan kapal ukuran 2.500 gros ton (GT) bisa sandar.“Kami upayakan pelabuhan ini untuk pangan curah,” ujarnya. Karena itu, di sekitar pelabuhan segera dibangun beberapa silo untuk menampung komoditas yang akan dikapalkan ke luar Sulsel.
“Tahap pertama kami baru mengirim beras, jagung, kakao, bahan pangan yang tidak mudah rusak,” paparnya. Namun, tidak tertutup kemungkinan, komoditas pangan lain juga akan dikapalkan melalui pelabuhan tersebut. Dia mengatakan, pelabuhan itu ditarget rampung akhir 2012 nanti.“Sekarang dalam proses pengerjaan,” paparnya, kemarin. Dia juga meminta Pemerintah Pusat mendukung Pemprov Sulsel terkait kebijakan, seperti memberikan izin kargo langsung dari Makassar ke negara tujuan.
“Kalau sistem distribusi seperti pelabuhan tidak ditata, akan sulit me-masarkan produk-produk pangan,” ujarnya. Sementara itu, Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian (Kementan) Zainal Baharuddin mengatakan, ada kesenjangan antara KTI dan kawasan Indonesia bagian barat. “Ini karena kurang memadainya tingkat aksesibilitas di KTI,”ungkapnya.
Masih banyak daerah-daerah di KTI yang punya potensi besar sebagai sentra produksi pertanian. Namun, kondisinya masih terisolasi dari pusat-pusat kegiatan ekonomi.“Untuk itu, memang perlu ditingkatkan aksesibilitasnya, bahkan langsung dapat pasar internasional,” tandasnya. Wilayah KTI adalah sentra pendukung ketahanan pangan nasional.
Diharapkan akan berkontribusi besar dalam program swasembada pangan yang berkelanjutan. “Khususnya beras dan jagung,”katanya. Namun, harus didukung dengan kemampuan petani sebagai pelaku bisnis di tingkat desa, termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.“Dengan begitu, petani dapat menikmati nilai tambah,”pungkasnya.