Dunia Peran Beda Panggung

Dunia Peran Beda Panggung

Menurut Standardisasi's Blog untuk urusan pencitraan dan popularitas, para artis yang saat ini rata-rata menyalonkan diri di bursa pemilihan kepala daerah (pilkada) memang tidak diragukan lagi. Namun, untuk urusan kinerja, tampaknya masih harus dibuktikan. Artis dan pilkada bagaikan dua entitas yang selalu menuai kontroversi. Banyak terminologi yang sering terdengar mengiringinya. Misalnya populer tak menjamin kualitas intelektual. Meski populer tak menjamin memiliki elektabilitas. Bahkan, setelah sukses jadi kepala daerah pun masih banyak predikat miring yang disematkan kepada kalangan artis. Mulai hanya sebagai pemanis, sebatas seremonial, atau kinerja politiknya masih belum ketahuan. Beragam stigma negatif itu tampaknya masih akan menempel di kalangan artis yang merambah dunia politik hingga mereka berhasil membuktikan hasil kinerja.

Apalagi, sebagai kepala daerah atau wakil kepala daerah, banyak amanah yang diemban terkait untuk menyejah terakan rakyat yang dipimpinnya. Namun, dunia artis dan politik sebenarnya memiliki kesamaan, yakni sama-sama memiliki unsur seni peran. Unsur satunya adalah seni peran untuk memainkan suatu karakter, sementara lainnya peran untuk menjadi pemimpin yang mengemban amanat rakyat. Wajah perpolitikan di negeri ini, harus diakui menjadi peluang bagi kalangan artis untuk maju dalam kontes pilkada. Krisis politik dan ke tidak percayaan rakyat akan kinerja politisi dan partai politik (parpol) semakin menjadi, tatkala beragam kasus korupsi mulai terkuak dan berhasil menjerat pelakunya.

Apalagi sudah kadung menjadi anggapan publik, bahwa budaya korupsi di negeri ini sudah melembaga dan sistemik bukan lagi sekedar personal. Tidak sedikit tudingan yang menyatakan praktikpraktik korup merupakan akibat ulah oknum politisi. Dengan demikian, meskipun tidak akan menjamin jadi solusi, namun kehadiran para artis di kancah panggung politik seolah memberikan angin segar dan harapan bagi masyarakat. Namun sekali lagi, kinerja para kesohor di panggung hiburan itu masih harus dibuktikan jika tidak ingin hanya dianggap sebagai gulagula panggung politik. Aktor Dede Yusuf yang saat ini menjabat Wakil Gubernur (wagub) Jawa Barat (Jabar), Rano Karno Wakil Bupati (wabup) Tangerang, serta Diky Chandra Wabup Garut adalah contoh dari sedikit artis yang sukses memenangi pilkada.

Berdasarkan sejumlah kajian, tingkat elektabilitas artis di pilkada dianggap rendah. Meski demikian, kesuksesan Dede, Rano, dan Diky mengilhami banyak artis lain untuk mengikuti jejak serupa. Sebelumnya dalam kontes pemilihan legislatif, tidak sedikit artis yang menuai kesuksesan menjadi anggota dewan dan duduk di kursi Senayan. Sebagai salah seorang artis yang sukses di panggung politik, Dede adalah salah satu yang mengilhami dan sering dijadikan teladan para artis untuk merambah dunia politik, menurut hasil pengamatan dari Standardisasi's Blog. Padahal, aktor laga yang diusung Partai Amanat Nasional (PAN) itu sudah merambah dunia politik jauh sebelum dirinya terpilih menjadi Wagub Jabar mendampingi Gubernur Ahmad Heryawan yang diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk periode kepemimpinan 2008–2013.

Pria kelahiran 14 September 1966 ini sebelumnya sangat terkenal dengan aksinya di film-film laga. Sebelum menjabat wagub, Dede sudah akrab dengan dunia politik melalui perannya sebagai anggota DPR dari PAN periode 2004–2009. Awal karier politik Dede dimulai sejak dirinya bergabung dengan Kosgoro pada 1992 sebagai salah satu pengurus pusat. Namun, akhirnya dunia perfilman lebih menarik. Dede maju sebagai kandidat Ketua Umum Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi) yang akhirnya dimenangkan Sys NS, sedang Dede menempati posisi sebagai Sekjen Parfi. Seiring kesibukannya untuk syuting, Dede akhirnya meletakkan jabatan itu. Akhirnya dunia politik praktis menariknya kembali. Dede mendaftar sebagai calon legislatif dari PAN untuk daerah pemilihan Jabar IX (Kuningan– Ciamis–Banjar).

Dede pun terpilih sebagai anggota legislatif untuk masa jabatan 2004–2009 dan duduk di Komisi VII yang membidangi energi, lingkungan hidup, minyak dan gas serta ristek. Sukses menjadi anggota parlemen mengantarkan Dede duduk di kursi Wagub Jabar. Meski kemenangan ini banyak diliputi rumor, bahwa kalangan pemilih remaja perempuan dan ibu-ibu yang paling berperan. Alasannya mereka memilih pasangan Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf (Hade) konon karena wajah Dede yang dinilai ganteng, bukan karena visi misinya.

Tetapi, apapun rumor yang beredar yang jelas kini Dede sudah bekerja keras untuk menunjukkan kinerjanya sebagai wakil kepala daerah. Setelah Dede, Rano Karno yang saat ini menjabat sebagai Wabup Tangerang adalah sosok artis yang sebelumnya sempat di gadanggadang dalam bursa Cawagub DKI Jakarta. Pemeran si Doel layak diperhitungkan dalam kancah bursa Pilkada DKI Jakarta tidak hanya karena ketenarannya, namun juga masyarakat cukup mengakui kiprahnya. Bahkan keseriusan Rano untuk terjun di dunia politik sempat diumumkan pada awal 2007, dengan niatnya mundur dari dunia perfilman nasional. Sayangnya, pada pertengahan 2007, di televisi muncul iklan keluarga si Doel yang mendukung Fauzi Bowo, yang terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta saat ini.

Sempat muncul rumor, bahwa Rano mundur dari kancah Pilkada DKI setelah menerima uang miliaran rupiah dari Fauzi Bowo. Meski hal itu akhirnya ditepis oleh kedua pihak. Kiprah Rano di dunia politik tidak berhenti di situ. Pada akhir 2007, pria kelahiran 8 Oktober 1960 dengan segudang penghargaan di bidang film ini kembali mengejutkan publik dengan menyatakan dirinya ikut meramaikan bursa Pilkada Kabupaten Tangerang sebagai cawabup mendampingi Ismet Iskandar sebagai cabup. Kesuksesan menyertai pasangan ini dan memimpin dalam Pilkada Tangerang pada 2008. Rano pun menjabat sebagai Wabup Tangerang untuk periode 2008–2013. Sama halnya dengan Dede, Rano pun harus bekerja keras untuk membuktikan citranya yang selama ini sudah populer dengan kinerja yang benar-benar nyata sebagai pemimpin.

Para artis harus yang sudah berkiprah sebagai politisi masih sebatas seremonial. Untuk itu kiprah mereka sebagai politisi masih harus dibuktikan, ujar pakar komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI), Effendi Gazali dalam diskusi Selebritas dalam Pilkada Bukan Sekadar Popularitas di Gedung DPD Jakarta awal pekan ini. Tak kalah menuai kontroversi adalah Raden Diky Candranegara atau yang lebih akrab disapa Diky Chandra. Pria kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat, 12 Mei 1974 ini sukses terpilih sebagai Wabup Garut untuk periode 2009– 2014. Pria yang sebelumnya dikenal sebagai pelawak, presenter, sutradara, penulis naskah dan aktor dalam dunia hiburan ini berhasil membuktikan mampu menundukkan panggung politik di Kabupaten Garut.

Mendampingi calon bupati Aceng Fikri sebagai wakil kelompok independen melalui dua putaran pemilihan akhirnya Aceng–Diky terpilih menjadi Bupati–Wakil Bupati Garut untuk periode 2009–2014. Dede, Rano, dan Diky meskipun sama-sama sukses menjadi wakil kepala daerah, namun masih harus mematahkan keraguan masyarakat atas kinerja mereka di panggung politik, termasuk saya sendiri juga masih ragu dengan kemampuan para artis yang terjun di dunia politik.