Jadikan 2022 Sebagai Tahun Terakhir Masa Pandemi

Jadikan 2022 Sebagai Tahun Terakhir Masa Pandemi
Jadikan 2022 Sebagai Tahun Terakhir Masa Pandemi

Wabah Covid-19 belum juga lenyap dari tanah air sampai akhir 2021. Juru Berbicara Pemerintahan untuk Pengatasan COVID-19 dan Duta Penyesuaian Rutinitas Baru, Reisa Broto Asmoro ajak warga jadikan 2022 sebagai tahun akhir Indonesia dalam periode wabah. Dokter Reisa mengatakan bila langkah yang dapat dilaksanakan untuk selekasnya akhiri wabah dengan selekasnya lakukan vaksinasi dan mengendalikan diri untuk melakukan aktivitas di luar rumah pada Natal dan tahun baru 2021.

Pemercepatan dan pemerataan vaksinasi memang masih tetap menjadi satu diantara konsentrasi khusus pemerintahan dalam pengatasan COVID-19. Selainnya terus pastikan suplai vaksin aman, pemerintahan menggerakkan warga menolong terwujudnya sasaran 70 % warga tervaksinasi di akhir 2021.

Lewat Info Jurnalis di Istana Kepresidenan - Jakarta, yang disiarkan oleh Media Center Komunitas Merdeka Barat 9 (FMB 9) - KPCPEN lewat virtual, Reisa mengatakan tingginya ketertarikan warga Indonesia akan vaksinasi COVID-19, jadikan penyuntikan vaksinasi bisa capai rerata dua juta jumlah setiap hari.

"Ini hari bahkan juga telah lebih dari 220 juta suntikan dikasih ke warga. Sasaran WHO (Tubuh Kesehatan Dunia) jika 40 % masyarakat divaksinasi komplet di tahun akhir ini juga telah dilalui," papar Reisa. Meskipun begitu, dia mengutamakan jika Indonesia masih mempunyai pekerjaan memburu pemerataan lingkup vaksinasi untuk mencapai beberapa orang yang paling memerlukan, seperti barisan lanjut usia, pasien komorbid, penyandang disabilitas, komunitas ibu hamil, anak-anak.

Ke barisan 88 juta orang yang telah divaksinasi komplet, dia ajak pastikan 45 juta orang yang lain yang baru divaksinasi jumlah pertama agar lengkapi vaksinasinya.

"Dan yang ditambah penting, 88 juta dan 45 juta ini turut pastikan sekitaran 74 juta orang yang lain yang masuk ke target tetapi belum divaksinasi benar-benar, selekasnya memperoleh hak mereka. Hanya dengan bersama kita dapat mengakhiri wabah ini," tegas Reisa.

Karenanya, dia mengutamakan, semestinya bukan suntikan booster yang dicari, tetapi booster atau alat untuk tingkatkan kebal bersama.

"Sama sesuai pesan Menteri Kesehatan, jika 70 % dari target vaksinasi telah mendapatkan jumlah komplet, karena itu Indonesia mulai akan memvaksinasi anak 6 s/d 11 tahun," sambungnya.

Peluang yang serupa, Reisa ajak warga berlaku berhati-hati menanggapi saat liburan Natal dan Tahun Baru, kekuatan timbulnya gelombang ke-3 .

"Telah bisa dibuktikan tiap periode liburan mobilisasi warga yang tidak terbatasi akan cuman berbuntut ke peningkatan kasus," kata Reisa.

Dia menyorot bertambahnya mobilisasi dan hubungan pada liburan Nataru tahun kemarin dan sesudah Lebaran tahun ini. Beberapa akhir ini juga, katanya, ada trend sama, di mana Data Google Mobility Indeks 15 November 2021 memperlihatkan peningkatan aktivitas wisata atau ke arah tempat rekreasi, kenaikan aktivitas lawatan ke teritori perumahan.

"Dalam kerangka PPKM Tingkat 1, tentu saja tidak ada yang keliru dengan bukti ini. Tetapi pada kerangka jika virus tetap bermutasi, vaksinasi belum 100 %, dan kemungkinan prosedur kesehatan di turunkan keterdisiplinannya, ini benar-benar beresiko," tegas Reisa, apa lagi ingat restaurant, tempat rekreasi dan permukiman terlihat sebagai lokasi yang terendah kepatuhan menggunakan maskernya.

Di tempat rekreasi, kedatangan Satuan tugas penegakkan prokes dan kesadaran tinggi petugas benar-benar dibutuhkan untuk pastikan keamanan aktivitas warga, seperti pastikan pemakaian program PeduliLindungi dengan seutuhnya, jaga tidak ada keramaian, mempersiapkan petugas untuk mengingati penegakan prosedur kesehatan setiap sarana.

"Ingat, penyesuaian baru tidak boleh ditinggal karena meleng terbuai keadaan yang lebih baik," katanya.

Buat tekan resiko timbulnya gelombang ke-3 , pemerintahan merencanakan akan berlakukan pengetatan mobilisasi. Beberapa aktivitas diusulkan dilarang realisasinya, yakni: acara penggantian tahun baik di luar atau dalam ruangan terhitung acara pesta petasan dan kembang api, pawai arak-arakan pada tahun baru, even perayaan Nataru di mal, dan aktivitas seni budaya dan olahraga.

Disamping itu, pengetatan dan pemantauan prosedur kesehatan dilaksanakan di beberapa tujuan, khususnya di gereja di saat perayaan Natal, tempat perbelanjaan, sekolah, restaurant, dan tujuan rekreasi.

Dengan upaya-upaya itu, diharap resiko penyebaran bisa didesak dan pelindungan kesehatan warga bisa dimaksimalkan, hingga keadaan baik sekarang ini bisa bersambung pada tahun depannya.

"2022 ialah tahun ke-3 kita ada di periode wabah. Silahkan berkemauan untuk menjadikan ini tahun akhir kita ada dalam periode pandemi raya. Tunjukkan kembali kerja sama yang kompak dan bergotong-royong yang kuat, kesolidan tingkat tinggi, untuk menahan gelombang ke-3 ," tutur Dokter Reisa.

"Dengan seluruh kekuatan kita, dengan sukses jadi Presidensi G20, dengan masih tetap menjadi satu diantara paling tinggi di dunia dalam memvaksinasi rakyatnya, dengan menjadi satu diantara paling disiplin dalam prokes dan terlatih dengan penyesuaian rutinitas baru, silahkan kita bersama sembuhkan kesehatan dan bangunkan ekonomi," ujarnya.