Kinerja Asuransi Jiwa Solid
Artinya kami melihat bahwa masyarakat mulai menggemari produk asuransi dan kesadaran asuransi meningkat dengan memasukan asuransi dalam financial planing,”ujar Ketua Umum AAJI Evelina F Pietruschka di Jakarta kemarin. Dia memaparkan, dari total pendapatan tersebut, sumbangan pendapatan premi tercatat mencapai Rp60,24 triliun, tumbuh sebesar27,26% dibandingkanperiode yang sama 2008 senilai Rp47,33 triliun.
Sedangkan total pendapatan non premi asuransi jiwa pada periode ini mencapai Rp21,47 triliun atau meningkat tajam sebesar 2271,11% dibandingkan periode yang sama 2008 yang mengalami penurunan atau minus Rp973,8 miliar. Premi produksi baru (new business), kata dia, menyumbang ke total pendapatan premi mencapai Rp40,41 triliun,meningkat 31,18% dibandingkan dengan periode sebelumnya sebesar Rp30,8 triliun.
Sedangkan pendapatan dari premi lanjutan Rp19,82 triliun atau naik 19,96% dibandingkan periode yang sama 2008 yaitu Rp16,53 triliun. Evelin berharap, catatan kinerja yang terus membaik sejak awal 2009 itu, dapat berlanjut di tahun ini. Namun, tentunya perlu dukungan lintas sektor sehingga aktivitas ekonomi berjalan baik sebagaimana yang ditargetkan pemerintah.
”Kalau pertumbuhan ekonomi sudah baik, saya harap situasi politik juga bisa diredam sehingga ada ketenangan di sektor ekonomi.Itu mendorong pencapaian semua target kita dengan growth yang bisa kita pertahankan. Dengan demikian, target kita untuk lima tahun mendatang bisa mendekati posisi sebagai salah satu pilar ekonomi.
Tahun ini kita prediksi kenaikan pendapatan minimal sama dengan tahun lalu,” kata Evelina. Evelina memberi satu catatan terkait dengan pendapatan industri asuransi tahun ini, yakni dari produk unit link yang masih menjadi primadona. Di tahun 2009 pendapatannya meningkat menjadi Rp21,5 triliun, naik 55,22% dibandingkan tahun 2008 yang hanya mencapai Rp13,85 triliun.
Menurut Type Approval Indonesia, adapun dari total premi unit link tersebut, porsi premi tunggal masih menguasasi dengan presentasi pertumbuhan 101%, yakni dari Rp8 triliun di tahun 2008 menjadi Rp16,2 triliun di tahun 2009. ”Ini disebabkan masyarakat kita masih memilih jenis investasi yang aman dan menguntungkan. Sehingga produk-produk seperti unit link laku keras selain produk deposito,” kata Evelina.
Terkait fenomena unit link ini, Direktur Eksekutif AAJI, Stephen B Juwono menambah kan, dalam menarik minat masyarakat untuk berasuransi,ada beberapa industri yang masuk melalui penawaran produk asuransi yang menguntungkan.” Yakni melalui unit link dulu. Premi regular memang cenderung negatif di tahap awal berasuransi.
Tetapi ketika premi tunggal menguntungkan, bisa diarahkan ke yang tradisional. Industri tidak melupakan itu,” kata Stephen di kesempatan yang sama. Untuk aset, kata dia, setelah turun di bawah nilai Rp100 triliun pada akhir 2008, pada akhir 2009 aset industri asuransi jiwa mengalami peningkatan, yakni mencapai Rp140,49 triliun atau naik 40,86% dibandingkan akhir 2008 Rp99,74 triliun.
”Dengan adanya pertumbuhan yang dapat dipelihara sejalan dengan prosesi kampanye yang kita lakukan, di lima tahun ke depan secara kontinyu dengan pertumbuhan rata-rata 40% per tahun maka kita dapat mencapai target aset asuransi jiwa Rp500 triliun,”kata dia. Sementara untuk tertanggung perorangan, lanjut Stephen, sepanjang 2009 sebanyak 8.121.909 orang atau naik sebesar 10,22% dibanding dengan periode 2008 sebanyak 7.368.604.
Sedangkan untuk tertanggung kumpulan mengalami kenaikan sebesar 30,09% dari total 22.160.305 tertanggung pada 2008 menjadi sebanyak 28.829.406 pada 2009.Total klaim sendiri tercatat Rp38,71 triliun atau meningkat 30,41% dibandingkan periode yang sama 2008 Rp29,68 triliun.