Kisah si Penunggang Naga
HOW to Train Your Dragon(HtTYD) memberikan imajinasi apik soal kisah persahabatan antara seekor naga dan remaja yang dikira pecundang. Ada dua formula standar yang digunakan para sineas HtTYD dalam membesut film animasi 3D ini. Pertama, premis from zero to hero. Yang kedua adalah upaya seorang anak untuk meraih kepercayaan dari orang tuanya. Formula serupa digunakan pula oleh Chicken Little (2005)arahan Mark Dindal serta Cloudy with a Chance of Meatballsyang disutradarai oleh Phil Lord dan Chris Miller. Yang berbeda, sineas HtTYD me-ngemasfilminilebihlengkap. Lengkap kisahnya, seru petualangannya, naik turun emosinya, juga dinamis karakternya. Ini karena modal HtTYD cukup kuat. Skenarionya didasarkan buku karangan novelis Cressida Cowell.
Sementara eksekusinya dilakukan oleh DreamWorks Animation, yang terbukti sukses menelurkan Shrek, Madagascar, serta Kung Fu Panda, tiga film animasi yang sulit dilupakan karena begitu berkesan. Dalam dunia rekaan Cressida, manusia (diwakili oleh bangsa Viking) tinggal berdampingan dengan para naga di sebuah pulau bernama Berk. Seperti halnya kisah Reign of Fire (2002), para naga dan manusia seolah ditakdirkan bermusuhan dan saling menyerang sejak 300 tahun terakhir. Membunuh seekor naga jadi sebuah kebanggaan bagi bangsa Viking.
Wajar saja, karena selama ini naga-naga itu tak hanya mencuri ternak, tapi juga menghancurkan rumah-rumah mereka. Semua berambisi menjadi seorang pembunuh naga,kecuali Hiccup (Jay Baruchel), pemuda yang merasa lebih nyaman mengasah pedang atau berkreasi membuat senjata. Malangnya, Hiccup adalah putra ketua suku Stoick (Gerard Butler), seorang petarung Viking yang tak kenal takut dan menyimpan kebencian teramat besar kepada para naga. Jelas saja Hiccup membuat Stoick amat kecewa karena tak tumbuh sebagai seorang ksatria petarung seperti harapannya. Sampai, suatu saat Hiccup bertemu naga yang sedang terluka, yang kemudian ia berinama Toothless.
Naga itu,ternyata berasal dari spesies Night Fury yang paling ditakuti oleh bangsa Viking karena sangat misterius dan mematikan. Interaksi Hiccup dengan Toothless membuatnya banyak tahu tentang kehidupan naga.Bagaimana para naga takut akan belut, atau mudah tertidur jika disentuh bagian bawah rahangnya. Pengetahuan ini ia gunakan dalam pelatihan Dragon Trainer. Jadi jangan heran jika kemudian Hiccup justru ditahbiskan sebagai murid paling berprestasi dibanding rekan-rekannya yang lain seperti Astrid (America Ferrera), Snotlout (Jonah Hill), Fishlegs (Christopher Mintz-Plasse), dan si kembar Ruffnut (Kristen Wiig) dan Tuffnut (T.J.Miller).
Di sisi lain,Toothless mudah menerima Hiccup sebagai kawannya karena membuatnya bisa terbang kembali --Hiccup membuatkan sayap buatan di ekor Toothless yang cacat--. Selanjutnya, konflik di pertengahan film menghadapkan Hiccup dalam dilema; menghadapi kebencian ayahnya akan para naga, juga melindungi Toothless,sahabat Hiccup satu-satunya. Diluar itu, masih ada misteri besar, sebuah alasan yang membuat para naga mencuri dan menangkapi ternak milik bangsa Viking.
Detil
Selain Dean DeBlois, sutradara HtTYD adalah Chris Sanders,yang menggarap film layar lebar Lilo & Stitch dan Mulan. Sanders juga lah yang jadi alasan mengapa penampilan dan kepribadian Toothless sangat mirip dengan Stitch. Baik Sanders maupun DeBlois, sangat detail dalam membentuk kepribadian serta motivasi setiap karakter. Selain pakem inti Hiccup yang pencundang mendadak jadi pahlawan serta bagaimana ia melawan keinginan ayahnya menjadi petarung,Sanders dan DeBlois tak mau kecolongan soal karakter pendukung. Total, ada lebih dari 10 jenis naga yang ditampilkan dengan berbagai bentuk dan ciri khas.
Lalu, masih ada tokoh-tokoh bangsa Viking lain yang meski muncul singkat, tapi tetap mengena.Chemistry antara Hiccup dan Toothless, naga tunggangannya, pun terjalin dengan rapi dan cantik. Begitu pula konflik dengan teman-temannya di Dragon Training, termasuk Astrid, gadis cantik yang menyukai Hiccup. Dibalut oleh humor, konflik dan naik turun,membuat HtTYD menjadi tontontan yang berkesan dari awal hingga akhir. Harus diakui, Chris dan Dean adalah storyteller hebat. Animasi, musik, sound effect, serta karakter boleh bagus.Tapi, tanpa ditunjang oleh cara bercerita yang tepat, hasilnya akan sia-sia. Dan jika produser Kristine Belson mati-matian membuat adegan terbang terasa kental, itu sangat berhasil.
Momen saat Hiccup dan Toothless saling mengenal satu sama lain dengan terbang diantara pegunungan, menembus awan, serta terjun bebas di tebing, terasa menegangkan. Animasi HtTYD pun tak kalah ciamik. Lighting, tekstur, serta desain, termasuk salah satu yang terbaik.