Menelisik Geliat Bisnis Ritel Modern

BISNISritel di Indonesia saat ini seperti mendapatkan momentum.Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir,bisnis ritel terutama yang melayani kebutuhan konsumsi keseharian (fast moving consumer goods) mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Krisis global terjadi hingga akhir tahun lalu,tapi bisnis ritel tetap mampu menjaga momentum dengan tingkat pertumbuhan di level 15%, menurut Hosting Murah Indonesia Indositehost.com.Pencapaian tersebut memang menurun dibandingkan 2008 yang menyentuh 21,1%. Kendati begitu, pertumbuhan 15% di tengah krisis merupakan pencapaian yang luar biasa.

Mengacu pada 2008, tingkat pertumbuhan ritel lebih banyak di dominasi upaya ekspansi yang dilakukan beberapa peritel di Indonesia, peningkatan gaya hidup, serta pertumbuhan belanja iklan. Pada 2008 ritel berformat besar seperti Hypermart, Giant, dan Carrefour tumbuh cukup pesat. Hypermart dari yang sedianya 36 unit,berkembang menjadi 43 unit. Giant tumbuh dari 17 unit menjadi 26 unit. Sedangkan Carrefour dari 37 menjadi 42 unit. Untuk ekspansi supermarket, Carrefour Express dari nol menjadi 14 unit, Giant dari 23 menjadi 55 unit,Superindo dari 56 menjadi 63 unit.Sedangkan untuk minimarket juga mengalami pertumbuhan cukup signifikan. Alfamart yang awalnya berjumlah 2.361 unit meningkat menjadi 2.736 unit.

Indomaret dari 2.425 menjadi 3.093 unit,Circle K dari 120 menjadi 210 unit, dan Yomart dari 144 menjadi 162 unit. Berdasarkan data terakhir, jumlah gerai ritel modern di Indonesia, Carrefour memiliki 81 gerai yang tersebar di sejumlah daerah di Indonesia. Sedangkan Giant yang berada di bawah bendera PT Hero Supermarket Tbk Indonesia memiliki 95 gerai.Kemudian Hypermart (Matahari Grup) dengan 39 gerai. Berdasarkan analisis pengamat perbankan dan ekonomi Marina L Pandin dalam Economic Review, Maret 2009 (Potret Bisnis Ritel di Indonesia: Pasar Modern), dalam lima tahun terakhir, pasar modern merupakan penggerak utama perkembangan ritel modern di Indonesia.

Pada periode 2004–2008,omzet pasar modern tumbuh 19,8%, tertinggi dibanding format ritel modern yang lain. Omzet department store, specialty store, dan format ritel modern lain masingmasing meningkat hanya 5,2%, 8,1%,dan 10% per tahun. Peningkatan omzet yang cukup tinggi tersebut membuat pasar modern semakin menguasai pangsa omzet ritel modern. Pada 2004 market share omzet pasar modern adalah 70,5% dari total omzet ritel modern di Indonesia.Total omzet pasar modern pada 2004 mencapai Rp27 triliun. Sementara total omzet bisnis ritel modern mencapai Rp38,2 triliun. Pada 2008 market shareomzet pasar modern meningkat menjadi 78,7% dari total omzet ritel modern dengan total omzet mencapai Rp55,4 triliun.

Selain itu, dibandingkan total omzet industri ritel di Indonesia (ritel modern dan ritel tradisional), pangsa omzet pasar modern juga mengalami peningkatan dari 18,3% pada 2004, menjadi 24,4% pada 2008. Pasar modern sebenarnya usaha dengan tingkat keuntungan yang tidak terlalu tinggi, berkisar 7-15% dari omzet.Namun,bisnis ini memiliki tingkat likuiditas tinggi karena penjualan ke konsumen dilakukan secara tunai, sementara pembayaran ke pemasok umumnya dapat dilakukan secara bertahap. Seperti ritel modern lain,pasar modern umumnya memiliki posisi tawar yang relatif kuat terhadap pemasok. Ini karena peritel modern umumnya perusahaan dengan skala yang cukup besar dan saluran distribusi yang luas sehingga pembelian barang ke pemasok dapat dilakukan dalam jumlah besar.Posisi tawar yang kuat memberi banyak keuntungan bagi peritel modern.

Selain bisa mendapatkan kemudahan dalam jangka waktu pelunasan barang, diskon harga juga akan semakin mudah diperoleh dengan posisi tawar yang kuat tersebut. Sementara melihat perkembangan dari pasar modern, ditelisik berdasarkan jenisnya, minimarket dan hypermarket adalah pasar modern dengan performa yang sangat signifikan dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Hal ini bisa dilihat dari laju pertumbuhan omzetnya. Pada 2004– 2008 omzet minimarket meningkat sangat tinggi, rata-rata 38,1% per tahun. Begitu juga dengan omzet hypermarket yang juga meningkat cukup tinggi yakni 21,5% per tahun. Sementara omzet supermarket hanya meningkat 6,2% per tahun.

Untuk hypermarket, performa yang sangat baik terlihat dari kemampuannya menjadi pasar modern dengan pangsa omzet terbesar. Pada 2008 omzet hypermarket adalah Rp23,1 triliun atau 41,7% dari total omzet seluruh pasar modern di Indonesia. Sementara minimarket 32,1% dan supermarket 26,2%.Hal ini karena hypermarket menawarkan pilihan barang yang lebih banyak dibanding supermarket dan minimarket, sementara harga yang ditawarkan relatif sama,bahkan pada beberapa barang bisa lebih murah daripada supermarket dan minimarket. Penguasaan pangsa omzet hypermarket telah terjadi sejak 2005. Pada 2004 market share omzet terbesar dipegang supermarket. Penurunan pangsa omzet supermarket terjadi terus menerus, bahkan pada 2008 menjadi yang terkecil.

Hal ini menunjukkan bahwa format supermarket tidak terlalu favourable lagi. Soal kedekatan lokasi dengan konsumen,supermarket kalah bersaing dengan minimarket yang umumnya berlokasi di perumahan penduduk.Sementara untuk range pilihan barang, supermarket tersaingi oleh hypermarket yang menawarkan pilihan barang yang jauh lebih beragam. Kinerja cemerlang hypermarket juga ditunjukkan melalui pertumbuhan jumlah gerai. Pada 2004-2008 pertumbuhan gerai hypermarket sangat tinggi yakni 39,8% per tahun.Gerai minimarket juga meningkat cukup tinggi yakni 16,4% per tahun, sementara gerai supermarket meningkat 10,9% per tahun.

Terkait pemain-pemain utama pasar modern, pada kelompok minimarket hanya terdapat dua pemain besar yaitu Indomaret dan Alfamart. Indomaret merupakan pemain terbesar dengan pangsa omzet sekitar 43,2% dari total omzet minimarket di Indonesia. Sementara Alfamart membuntuti dengan pengumpulan omzet sebesar Rp7,3 triliun atau sekitar 40,8% dari total omzet minimarket di Indonesia. Sementara untuk kelompok supermarket terdapat enam pemain utama yakni Hero, Carrefour, Superindo, Foodmart,Ramayana,dan Yogya+Griya Supermarket.Enam jaringan ritel ini menguasai 76% pangsa omzet supermarket di Indonesia. Sedangkan pada kelompok hypermarket hanya terdapat lima peritel utama dan tiga di antaranya menguasai 88,5% pangsa omzet hypermarket di Indonesia.

Tiga pemain utama tersebut adalah Carrefour yang menguasai hampir 50% pangsa omzet hypermarket di Indonesia, Hypermart (Matahari Grup) dengan pangsa 22,1%, dan Giant (Hero Grup) dengan 18,5%.