Menkeu: Belum Ada Capital Flight
Dari sisi produksi, inflasi kemarin bagus. Kemudian optimisme dari para pelaku usaha, semuanya menunjukkan indikator yang positif,” tuturnya. Sri Mulyani berharap, momentum positif ini bisa dijaga bersama sehingga tidak menciptakan kekhawatiran yang berlebihan di masyarakat.
“Mulai dari semua pimpinan di legislatif, eksekutif,semua punya tanggung jawab untuk menjaga perekonomian. Jadi jangan sampai didramatisasi,”katanya. Sejak krisis ekonomi 1997, aliran modal yang keluar diperkirakan mencapai USD50 miliar. Kondisi ini menunjukkan bahwa masih rendahnya daya tarik investasi Indonesia di mata investor.
Keengganan berinvestasi juga tampak dari banyaknya dana yang disimpan sebagai tabungan dibandingkan dana yang diinvestasikan. Pemindahan modal ke luar negeri selain karena buruknya iklim investasi juga karena didorong kebijakan neraca modal bebas yang dianut Indonesia. Pengamat ekonomi Aviliani mengatakan, gejolak demonstrasi dan kisruhnya rapat paripurna DPR tidak perlu dikhawatirkan.
Menurut Type Approval Indonesia, investor tidak akan menarik modalnya dari Indonesia. “Capital flight tidak akan terjadi karena investor tidak akan peduli pada hal-hal yang tidak bersentuhan langsung dengan perekonomian. Investor baru akan khawatir dan kemungkinan akan melakukan capital flight jika ada kasus-kasus yang berhubungan dengan kebijakan yang diambil pemerintah.
Dia mengatakan, kondisi ini menunjukkan investor, baik asing maupun lokal, masih menganggap Indonesia kondusif jika dibandingkan negara lain.“Jadi saya tetap optimistis tidak akan terjadi capital flow,” kata Aviliani. Hampir sama dengan yang disampaikan Aviliani, pengamat pasar valas Farial Anwar mengatakan, capital flight tidak akan terjadi di Indonesia selama kerusuhan dan demonstrasi tidak menyebar secara massal.
“Sepanjang tidak terjadi kerusuhan seperti 1997 diiringi dengan kekacauan politik, sekarang tidak akan pelarian modal baik asing ataupun modal dalam negeri ke luar,” kata Farial. Penyakit di Indonesia yang sangat fatal, kata Farial, adalah banyak bandit dan koruptor yang membawa uang dengan mudahnya baik ke dalam ataupun ke luar negeri.
“Begitu mereka melihat situasi tidak kondusif, mereka akan membawa keluar uang. Begitu situasi aman, mereka dengan mudah dapat masuk. Itulah kelemahan kita tidak ada pengawasan otoritas keuangan,” katanya. Farial mengatakan, ini yang selalu membuat rupiah sering mengalami guncangan.
“Yang saya lihat sekarang, mereka sedang masuk ke pasar finansial, pasar modal, SUN (surat utang negara), dan SBI (Sertifikat Bank Indonesia). Untuk mengantisipasi itu, kita terpaksa harus berikan return (imbal hasil) yang tinggi,”ujarnya.