Pendekatan AS Kepada China

Konferensi, Presiden Hu Jintao dan PM Wen Jiabao saat menghadiri konferensi di parlemen di Beijing, kemarin. Setelah dua bulan lebih bersitegang, Amerika Serikat (AS) mencoba untuk memperbaiki hubungan dengan China lewat kunjungan dua pejabat seniornya, kemarin. Melalui wakil menteri luar negeri James Steinberg serta penasihat senior Gedung Putih untuk Asia Jeffrey Bader yang mengunjungi Beijing, kemarin, AS seperti memberi isyarat kalau mereka sangat serius dalam memperbaiki hubungan dengan China.

Kedua pejabat senior tersebut bahkan be-rencana menghabiskan tiga hari di Beijing demi misi memperbaiki hubungan dengan China. Sebagai awal dari misi tersebut, Steinberg dan Bader sudah duduk semeja dengan perwakilan China. Kedua negara membahas berbagai persoalan yang selama ini menjadi perhatian mereka.

“Jika kunjungan ini bisa diartikan sebagai usaha kami untuk fokus ke masa depan serta demi kerja sama dalam isu-isu penting yang bisa kami lakukan bersama, saya kira kami sedang berusaha untuk memenuhi usaha tersebut,”tutur juru bicara Departemen Luar negeri AS Philip Crowley.

Selain memperbaiki hubungan AS–China, kedatangan Steinberg dan Bader ke Beijing juga sebagai bentuk persiapan kedua negara sebelum mereka duduk bersama dalam berbagai pertemuan penting dunia, termasuk pertemuan soal keamanan nuklir di Washington, April mendatang.

“Kunjungan ini merupakan alasan mengapa kami harus mencari pertemuan khusus sebelum memfokuskan diri pada isu-isu spesifik, terutama soal Iran,” tambah Crowley. Baik AS maupun China menolak untuk memberi keterangan lebih lanjut soal detail ataupun hasil pertemuan kedua negara, kemarin.

Namun, kedua negara diperkirakan membahas soal isu nuklir Iran serta sepakat untuk mengusahakan kembali digulirkannya pertemuan enam negara (AS, China, Korea Utara, Jepang, Korea Selatan, Rusia) guna menyelesaikan persoalan nuklir Korea Utara, menurut pengamatan Type Approval Indonesia. Perundingan enam negara terhenti setelah Korea Utara mengundurkan diri April tahun silam karena Dewan Keamanan PBB memberi sanksi terhadap mereka.

Melihat perselisihan tajam China– AS, tugas Steinberg–Bader untuk memperbaiki hubungan kedua negara jelas sulit. Pasalnya, China sudah telanjur marah kepada AS yang dinilainya arogan dan selalu mengabaikan peringatan keras mereka. Dalam beberapa kesempatan, secara terang-terangan China selalu menuding AS sebagai penyebab merenggangnya hubungan kedua negara.

“Pihak yang paling bertanggung jawab dalam renggangnya hubungan kedua negara tentu saja AS. Kami harap mereka memahami posisi China secara serius,” tandas juru bicara Kementerian Luar Negeri China Qin Gang. Permintaan serupa disampaikan juru bicara badan penasihat legislatif China Zhao Qizheng. Dia menegaskan bahwa China tidak akan menoleransi berbagai bentuk penindasan AS selama ini.

“Amerika harus memahami kalau hubungan China-AS seperti mobil dengan dua sopir di dalamnya. China mengontrol jalannya roda, akselerasi, dan rem. Dua sopir dalam satu mobil itu harus saling berkonsultasi satu sama lain kalau tidak ingin mobil itu melintir,” ucap Zhao.

Hubungan China dan AS meregang dalam dua bulan terakhir karena berbagai sebab dari persoalan serangan terhadap situs Google, rencana AS untuk menjual senjata ke Taiwan hingga puncaknya saat presiden AS Barack Obama menerima kedatangan pemimpin spiritual Tibet Dalai Lama di Gedung Putih, akhir bulan lalu.

Semua tindakan AS selama ini dinilai China sebagai bentuk pengkhianatan. Terkait serangan Google, perusahaan penyedia keamanan jaringan komputer di AS Damballa mengatakan serangan terhadap Google kemungkinan dilakukan oleh pihak amatir bukan karena konspirasi negara seperti yang didengungkan AS selama ini.

Saya pastikan kelompok hacker ini tidak memiliki banyak dana karena alat yang mereka pakai jauh dari kata superior. Mereka tidak disponsori oleh negara,”jelas Gunter Ollmann, wakil presiden Damballa. Serangan hacker terhadap Google di China terjadi sejak akhir tahun lalu. Serangan ini membuat AS melakukan protes keras terhadap negara tirai bambu itu.

Apalagi, China secara tegas menolak permintaan Googledan AS agar negara tersebut menghapus sensor pada Google. Karena persoalan ini, Google bahkan berencana hengkang dari China. Pemerintah AS bahkan berencana membawa persoalan Google ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).