Politikus Muda Topang Rekonsiliasi

Rekonsiliasi nasional akan terjadi melalui hubungan harmonis para politikus muda. Sebagai generasi penerus,mereka tidak terbawa arus perpecahan dan hubungan yang kaku para seniornya. Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari mengatakan, hubungan politikus muda memang lebih hangat dan penuh persahabatan. Kondisi ini akan menopang proses rekonsiliasi nasional dengan dasar kebersamaan membangun bangsa. Dalam konteks ini, saya melihat sikap politikus tua justru, seperti anak muda, sedangkan politikus muda lebih dewasa.

Ini kabar baik bagi rekonsiliasi nasional ke depan, ungkap Qodari kepada harian Seputar Indonesia di Jakarta, kemarin. Sebagaimana diketahui beberapa waktu lalu Edhie Baskoro Yudhoyono dan Puan Maharani bertemu pada suatu acara nasional. Kehadiran putra SBY dan putri Megawati Soekarnoputri menjadi awal komunikasi baru generasi muda. Selain itu, Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum dan Ketua DPP PDIP Puan Maharani juga telah akrab.

Menurut Qodari hubungan akrab antar politikus muda harus terus dijaga karena menjadi modal dalam memperkaya pandangan dalam pembangunan di segala bidang. Para politikus muda tersebut, lanjut Qodari, tidak menanam trauma politik masa lalu seperti yang dirasakan para pendahulunya. Para generasi muda pun lebih terbuka dan bisa menerima perbedaan dengan bijaksana.

Hubungan baik dan saling menghargai para politikus muda, lanjut dia, akan lebih erat karena tidak diikuti beban sejarah. Berbeda dengan para politikus tua yang selalu mendasari prilaku politik dengan latar belakang sejarah dan trauma-trauma politik yang sulit dihilangkan. Sikap politikus tua kadang mudah terpancing dan meledakledak. Sedikit ada senggolan, langsung teringat masa lalu yang menyakitkan. Ini semacam trauma politik yang sulit dihilangkan.

Beda dengan para pemuda yang memulai karier politik setelah reformasi. Mereka seperti membuka lembaran baru sejarah yang masih bersih, tandasnya. Sementara itu,Politikus Muda Partai Demokrat Achsanul Qosasih mengatakan, rekonsiliasi nasional menemukan jalan mudah setelah adanya pertemuan Presiden SBY dan Megawati Soekarnoputri sebagai dua tokoh politik partai besar.

Pertemuan tersebut terjadi pada peringatan hari Pancasila. Meski tidak ada bahasa lisan yang menunjukkan keakraban dua tokoh tersebut, namun dalam bahasa tubuh terlihat keduanya tidak memiliki dendam. Saat Pak SBY mengulurkan tangan, kami melihat Ibu Mega dalam posisi menyambut. Jadi, ada gayung bersambut untuk rekonsiliasi nasional. Namun, sebelum ada pertemuan ini, hubungan para generasi muda partai demokrat dan PDIP sudah sangat akrab, tandasnya.

Achsanul juga menegaskan, komunikasi antara politikus muda partai demokrat dan PDIP terjadi setiap saat. Bahkan,mereka kerap bertukar pikiran dan berdiskusi untuk mencari solusi-solusi terbaik dalam membangun bangsa. Saya selaku politisi muda merasakan benar keakraban ini.Kami sering berdiskusi dengan politikus muda seperti Budiman Sudjatmiko, Ara (Maruarar Sirait),Akbar Faizal, Ganjar, dan beberapa yang lainnya.Cair saja, tandasnya.

Sementara itu, politikus PDIP Ganjar Pranowo mengatakan komunikasi para politikus muda PDIP dengan partai lain tetap akrab. Pihaknya bebas menyampaikan pandangan-pandangan meski dengan latar belakang dan pendapat yang berbeda. Pada hari Pancasila itu, saya duduk bersebelahan dengan Annas Urbaningrum (Ketum Partai Demokrat), ngobrol banyak hal dan itu biasa saja. Soal beda pandangan itu lumrah.

Namun, kami tidak pernah melakukan sikap kritis dengan dasar destruktif. Sama sekali tidak pernah. Justru kami menyampaikan pandangan yang lurus, jika ada keputusan yang bengkok, ujar Ganjar. Terkait pertemuan SBY dengan Megawati, Ganjar menganggap pertemuan tersebut akan membawa kebaikan bagi pembangunan bangsa ke depan.

Selain secara simbolis menunjukkan keakraban, imbas pertemuan tersebut tentu bisa diapresiasikan oleh para politikus maupun simpatisan partai di bawah. Seperti diketahui,kedua tokoh nasional Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bertemu dalam bersalaman pada peringatan hari kelahiran Pancasila pada 1 Juni 2010 lalu.