PTM Di Indonesia Meningkat Perlu Diterapkan Personalisasi Layanan Kesehatan

PTM Di Indonesia Meningkat Perlu Diterapkan Personalisasi Layanan Kesehatan
PTM Di Indonesia Meningkat Perlu Diterapkan Personalisasi Layanan Kesehatan

Seiring berjalannya waktu, khususnya karena sekarang kita masih ada di periode wabah COVID-19, kesadaran warga pada kesehatan makin bertambah. Dalam tingkatkan servis kesehatan pada warga ini, kerja sama beberapa faksi sebagai poin penting dilaksanakan.

Penerapan servis kesehatan yang terus-menerus ini memerlukan beberapa hal, satu diantaranya ialah lewat personalisasi kesehatan. Personalisasi service kesehatan memungkinkannya semuanya orang mempunyai akses kesehatan yang lebih bagus dengan ongkos yang relatif rendah.

"Dengan manfaatkan perkembangan dalam pengetahuan medis dan tehnologi kesehatan digital, kita bisa membuat mekanisme perawatan kesehatan yang memberi jalan keluar berkualitas tinggi ke warga secara terus-menerus," ungkapkan Transformation Lead of PHC and FMI Roche Pharma International Devmanyu Singh
dalam acara Roche Fair 2021.

Pendekatan ini mengganti mode sapu jagat (one-size-fits-all) dalam pengatasan penyakit jadi lebih terpersonalisasi. Nanti, saat seorang pasien tiba ke sebuah sarana kesehatan, tanda-tanda dan hasil laboratorium mereka akan dibanding dengan juta-an pasien sama dan dicocokkan dengan tipe perawatan yang bisa dibuktikan berpotensi kesuksesan paling tinggi.

"Perubahan ke personalisasi service kesehatan selanjutnya jadi penting, ingat banyaknya pasien penyakit tidak menyebar (PTM) di Indonesia bertambah tiap tahunnya. Menurut World Bank, PTM berperan pada sekitaran 76 % kematian di Indonesia per 2019. Tetapi untungnya, mayoritas kasus bisa teratasi dan terobati bila bisa terdeteksi sejak awal kali," kata Principal Research Fellow Eijkman Research Center for Molecular Biology, National Research and Innovation Agen Herawati Sudoyo, M.D, Ph.D.

Selanjutnya, Herawati Sudoyo ungkap jika berdasarkan hasil Personalized Healthcare Indeks yang diedarkan oleh ide FutureProofing Healthcare dan dipegang oleh panel 15 pakar kesehatan terpenting di Asia-Pasifik, di mana Indonesia ada di rangking kesebelas dari 11 negara yang diukur. Index itu memvisualisasikan persiapan dari 4 pilar; info kesehatan, service kesehatan, tehnologi yang dipersonalisasi, dan kerangka peraturan.

Hasil laporan itu memperlihatkan jika Indonesia ada pada tahapan awalnya peralihan ke personalisasi service kesehatan. Seperti pada banyak negara Asia Pasifik yang lain, ketimpangan yang berarti pada akses dan kualitas kesehatan berada pada disparitas di antara perkotaan dan perdesaan. Tetapi, Indonesia sudah merangkum peraturan dan taktik untuk menggerakkan peningkatan dasar untuk personalisasi service kesehatan. Hasilnya, beberapa service kesehatan memiliki biaya rendah yang bisa dijangkau secara digital (seperti telehealth) mulai dipercayai dan dipakai oleh beragam kelompok di Indonesia.

Implementasi Personalisasi Service Kesehatan

Selanjutnya, dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc, Ph.D., FRSPH, Associate Professor, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Warga dan Keperawatan, Kampus Gadjah Mada mengatakan jika kerjasama multisektor berperanan penting untuk capai pemerataan kesehatan untuk semuanya orang.

"Tentu saja kita belajar dari wabah COVID-19, di mana terang jika mekanisme kesehatan perlu bereksperimen supaya masih tetap berkaitan dengan keperluan warga di periode kedepan," kata dr. Mahendradhata.

"Untuk merealisasikan personalisasi service kesehatan, dibutuhkan peralihan fundamental pada rencana, penataan dan pemberian servis kesehatan supaya lebih bagus," tambahnya.

Personalisasi service kesehatan mulai diaplikasikan di beberapa penjuru dunia. Di Australia, misalkan, Roche bekerja bersama dengan Kementerian Kesehatan di tempat, Australasian Lung Cancer Trials Grup, Omico (awalnya Australian Genomic Cancer Medicine Centre), dan National Health and Medical Research Council (NHMRC) Clinical Trials Centre dalam menyiapkan eksperimen medis untuk pasien dengan kanker paru garang tipe tertentu.

Selainnya mempunyai potensi tingkatkan hasil untuk pasien yang terdiagnosa dengan tingkat keberlangsungan hidup yang buruk, eksperimen yang didanai oleh Kementerian Kesehatan Australia dan Roche itu bisa menjadi bikin biru atau blueprint berkenaan bagaimana personalisasi itu jadi standard dalam pengatasan kanker di negeri kanguru.

Bersamaan perkembangan dalam personalisasi service kesehatan untuk tingkatkan pengalaman dan hasil perawatan pasien, kami terus akan menggerakkan usaha itu lewat kerja sama dengan mekanisme dan komune kesehatan. Kami memiliki komitmen untuk selalu mengeksploitasi kesempatan yang bisa mendayagunakan pasien dan pengasuh mereka dengan akses pada pengembangan dan info, hingga mereka bisa berperanan aktif dalam tiap keputusan klinis yang mereka akan mengambil.