Ramai-Ramai Kembangkan PLTN
Tujuannya untuk menambah daya lesat industri lokal. Pada 9 Januari 2010, Nuclear Power Corporation of India Ltd (NPCIL) bersama dengan L&T meletakkan batu pertama sebagai tanda dimulainya konstruksi fasilitas untuk manufaktur baja dan heavy forgingdi daerah Hazira, negara bagian Gujarat, India.
Dalam pernyataan resmi, sebagaimana dilansir worldnuclear- news, kedua perusahaan tersebut menyatakan, pembangunan fasilitas baru ini akan membantu kemampuan India dalam manufaktur komponen kritis untuk energi nuklir dan berbagai sektor industri inti. Manufaktur forging yang dilakukan secara domestik akan mengurangi kesenjangan dalam kemampuan industri India untuk memproduksi peralatan/ komponen PLTN, pembangkit termal, dan pengilangan gas dan minyak.
Sementara di Rusia, reaktor kedua PLTN Volgodonsk sekarang dalam proses penyesuaian memasuki jaringan listrik regional yang mencapai 35% dari kapasitas pembangkit. Reaktor ini ditetapkan secara komersial beroperasi pada akhir 2010. Prosedur Volgodonsk 2 dimulai pada 19 Desember 2009, memuat 163 bahan bakar, dan selesai pada 24 Desember 2009. Pengoperasian reaktor 1.000 MWe dimulai pada pagi hari, 21 Januari 2009, dan reaktor ini mencapai tingkat daya kontrol minimal (sekitar 1%) pada hari berikutnya.
Daya secara bertahap dinaikkan untuk mencapai kapasitas 35%, tahap di mana PLTN mampu menghasilkan uap yang cukup untuk menjalankan turbin dan PLTN mampu berjalan dalam modus normal operasi. Kepala Regulator Rostekhnadzor Nuklir Rusia Nikolai Kutyin menyatakan, pada kunjungan ke PLTN,V-320 berjenis reaktor air tekan VVER siap dihubungkan ke jaringan listrik.
Dia mengatakan, kondisi konstruksi lisensi untuk Volgodonsk 2 telah dipenuhi dan tidak ada pelanggaran pada regulasi energi nuklir Rusia. Reaktor ini dihubungkan dengan sistem jaringan United Energy System (UES) yang sekarang ini mampu menambah daya 300 MWe, menurut informasi yang di dapat oleh Type Approval Indonesia melalui mesin pencari google. Berdasarkan jadwal operasi Volgodonsk- 2, daya akan dinaikkan hingga 40–50% pada akhir Mei 2010 saat proyek itu diserahkan kepada Rosenergoatom untuk operasi komersial.
Reaktor ini akan beroperasi penuh secara komersial pada Oktober 2010 dan daya telah mencapai kapasitas 100%. Persyaratan tes pun telah dilengkapi dan dapat diterima. Sejumlah tim pakar internasional mulai melakukan peninjauan praoperasional Volgodonsk-2 untuk kepentingan WorldAssociation of Nuclear Operators (WANO) pada Maret 2010.
Sebanyak 14 tim yang kuat melihat area operasional, termasuk organisasi dan administrasi, pemeliharaan, tenaga teknis, proteksi radiasi, pelatihan dan pengalaman staf, serta keselamatan kebakaran. Reaktor Volgodonsk yang lebih dikenal dengan sebutan Rostov di wilayahnya merupakan empat kali 1.000 MWe reaktor air bertekanan VVER yang direncanakan dimulai pada awal 1980- an dan beberapa konstruksi dilakukan sebelum pekerjaan selesai.
Konstruksi Volgodonsk-1 yang juga berjenis VVER dikerjakan pada 1978 dan mulai beroperasi pada Maret 2001. Konstruksi dimulai pada unit 2 pada 1983, tetapi dihentikan pada akhir era 1990-an. Proyek ini dimulai kembali pada 2007 sebagai bagian dari inisiatif Rusia untuk memaksimalkan produksi tenaga nuklir dalam negeri dan meningkatkan cadangan gas.
Sementara itu, pada akhir Maret 2010, Amerika Serikat menandatangani kerja sama dengan Vietnam dalam penggunaan energi nuklir untuk tujuan damai. Negeri Paman Sam itu juga sedang membuka perdagangan nuklir dengan India melalui perjanjian pengolahan ulang bahan bakar nuklir. Nota Kesepahaman (MoU) antara AS dan Vietnam ditandatangani di Hanoi (30/03/10) oleh Le Dinh Tien,Deputi Menteri Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Vietnam, dan Michael Michalak, Duta Besar AS untuk Vietnam.
Dalam pernyataannya, Departemen Luar Negeri AS mengatakan MoU tersebut akan membuka jalan dalam peningkatan kerja sama dalam bidang-bidang seperti pengembangan sumber daya manusia serta infrastruktur keselamatan dan keamanan, akses ke sumber tepercaya dalam bahan bakar nuklir, pengelolaan limbah radioaktif, dan penggunaan bahan bakar.
Sementara itu, Michalak mengungkapkan, Vietnam telah membuktikan komitmen untuk bertanggung jawab dalam ekspansi tenaga nuklir melalui tahapantahapan tertentu bekerja sama dengan AS di antara mitra internasional lain. Berdasarkan MoU, AS dan Vietnam akan melanjutkan upayaupaya dalam mengembangkan peraturan dan infrastruktur fisik yang dibutuhkan untuk keamanan dan jaminan warga Vietnam di sekitar pembangkit nuklir,” ujar Michalak sebagaimana dilansir world-nuclear-news. Selain dengan AS, Vietnam telah menandatangani perjanjian kerja sama dan bantuan nuklir dengan negara-negara lain seperti Jepang, Prancis, China, Korea Selatan, Kanada.