Sihir Epos Sie Jin Kwie

Kisah epos Sie Jin Kwie yang diramu secara apik oleh sutradara N Riantarno dan dimainkan aktor kawakkan Teater Koma sukses menyihir penonton.

Terbukti,empat jam durasi pertunjukkan dan digelar selama 16 hari – dari 5 hingga 21 Februari – di Graha Bhakti Taman Ismail Marzuki (TIM), selalu dipenuhi penonton. Tiket menonton teater selalu ludes. Namun, tidak berarti persiapan dan pementasannya tidak mengalami tantangan. “Begitu berniat untuk menggelar lakon Sie Jin Kwie memang langsung tergambar tingkat kesulitannya.

Mulai dari kostum,silat,hingga perlengkapan susah mencarinya. Belum durasinya yang panjang,” sutradarai N Riantiarno mengakui. Gambaran kemegahan Dinasti Tang dengan silat dan budayanya yang tinggi berhasil di hadirkan kembali oleh Teater Koma. Epos Sie Jin Kwie kembali menunjukkan kelas Teater Koma dalam jagat teater Indonesia. Cerita Sie Jin Kwie sendiri merupakan bagian pertama dalam trilogi Sie Jin Kwie yang akan digarap Kanghari, maksudnya digarap Teater Koma.

Untuk trilogi pertama ini Teater Koma mengambil cerita Berperang ke Korea (Ceng Tang), sedangkanuntuk Trilogikedua,Teater Koma akan menggelar episode Kena Fitnahyang dipentaskan pada 2011 dan trilogi Negri Sihir (Ceng See) yang akan digarap 2012. Cerita Sie Jin Kwie dalam trilogi pertama ini, merupakan adegan pengantar untuk cerita-cerita selanjutnya.

Teater berdurasi empat jam ini dibuka dengan pengantar dari dalang yang menjadi mediasi penonton untuk mengetahui detail cerita Sie Jin Kwie dari awal. Cerita dimulai dari balairung istana Kaisar Taizong pada Dinasti Tang.Raja Lisibin,berkeluh kesah tentang mimpi-mimpinya kala diselamatkan dari kematian oleh seorang pahlawan berpakaian putih dan menyandang tombak cagak.

Pahlawan yang tak lain bernama Sie Jin Kwie (Xue Ren Gui) ini menyelamatkan dirinya dari ancaman pembunuhan oleh Jenderal Kaesobun, panglima perang raja Kolekok yang mengudeta tahta raja. Awal mimpi Lisibin inilah yang kemudian menjadikan raja Lisibin meminta seluruh negeri untuk mencari Sie Jin Kwie.Pasalnya,dalam mimpi tersebut, Sie Jin Kwie merupakan satu-satunya penyelamat dirinya dari kematian.

Cerita pun semakin menarik tatkala di luar dugaan, mimpi Lisibin menjadi kenyataan. Utusan raja Kolekok yang dikudeta Jenderal Kaesobun menyatakan perang terhadap Raja Lisibin. Raja Lisibin yang terkenal kuat pun meladeni tantangan Kaesobun dengan menyiapkan pasukan perang yang dahsyat. Sayangnya, justru intrik di dalam istana membuat Kaisar Lisibin dipenuhi kemelut, Litocong, salah satu kerabat Raja Lisibin yang sebelumnya hendak dijadikan panglima perang, justru melakukan intrik untuk menggerogoti kekuasaan raja.

Bersama dengan mantunya Thiosukwie yang menjabat sebagai komandan perang, mereka membuat menggelar rapat untuk menjatuhkan takhta raja. Saat mendapat mandat untuk memimpin pasukan, Thiosukwie mendapat mandat untuk membuka pendaftaran guna merekrut tentara. Tak ketinggalan Sie Jin Kwie pun ikut ambil bagian.

Sayangnya, Thiosukwie yang mengetahui cerita Sie Jin Kwie dari mimpi Raja Lisibin, justru membuat ulah, atas hasutan Thiosukwie, Sie Jin Kwie justru sedang dicari raja untuk dibunuh. Hingga akhirnya Sie Jin Kwie pun harus puas menjadi juru masak untuk menyembunyikan Sie Jin Kwie dari murka Raja Lisibin. Namun, justru di sinilah Sie Jin Kwie yang terkenal memiliki kekuatan dan jago silat mendapat kesempatan untuk menjadi pimpinan tentara.

Sie Jin Kwie pun membuat pasukan bernama Pasukan Dapur Tang (PD-Tang), ironisnya pasukan inilah yang kelak menyelamatkan raja dari kehancuran hingga Sie Jin Kwie diangkat sebagai panglima perang Raja Lisibin. Dalam durasi empat jam,Teater Koma memang tidak melulu menggunakan konsep pertunjukan teater saja dalam bercerita.

Untuk memangkas durasi cerita yang panjang, N Riantiarno mengombinasikan pertunjukkan dengan Wayang Tavip,Wayang Golek Menak,beberapa bagian dengan kesenian kuda lumping. Di sinilah kepiawaian N Riantiarno dalam jagat penyutradaraan teater di Indonesia.

“Draf naskah pertama saja kalau dimainkan bisa mencapai delapan jam pertunjukkan. Setelah diedit berulang-ulang menyusut sekitar empat jam.Semua adegan mengandung potensi daya tarik. Jadi, sayang kalau dibuang, salah satu caranya dengan menampilkan wayang tavip untuk menceritakan beberapa bagian dari cerita yang sulit dan panjang,”tandas N Riantiarno.