Tentara Wanita

Perang di Irak dan Afghanistan telah menyeret ribuan wanita tangguh ke medan pertempuran.Mereka menyerahkan seluruh pekerjaan rumah tangga,termasuk merawat anak-anak,pada suaminya karena meninggalkan rumah.

PEKAN lalu, koresponden BBC World Service, Robyn Bresnahan mewawancarai beberapa wanita berbalut seragam tentara Amerika Serikat (AS) yang bertugas di propinsi Kandahar,Afghanistan bagian selatan. Salah satunya adalah Letnan Kolonel Jennie Carignan.

Wanita asal Kanada ini sudah 23 tahun berkiprah sebagai tentara. Namun, pos penempatan kali ini sungguh berbeda.Propinsi Kandahar adalah salah satu wilayah paling berbahaya di Afghanistan. Jika lengah sedikit saja, ranjau darat dan beberapa jebakan siap merenggut nyawa orang-orang yang melintas.

Carignan paham bahaya yang kerap menghadangnya, namun dia tidak pernah merasa gentar. Wanita yang memulai karir kemiliteran di Kanada ini mengaku, kebal dengan ancaman ranjau Kandahar. Sebab, dia pernah berada dalam kondisi yang sama di Dataran tinggi Golan dan Bosnia-Herzegovina. Reputasi Carignan di dua kawasan konflik itu bahkan menuai pujian dari para petinggi militer.

Walau terlihat maskulin dalam balutan seragam tentara, tapi Carignan tetaplah seorang ibu. Meski jauh dari rumah, Carignan selalu memikirkan suami dan keempat anak yang tinggal di Quebec City, Kanada. Kanghari maksudnya Carignan merasa bersyukur, karena keluarga tidak pernah mempermasalahkan pekerjaannya. “Perang membuat Anda mesti berjauhan dengan keluarga. Saya beruntung karena anak-anak memahami pekerjaan saya,” paparnya.

Keempat anak Carignan yang berusia 3-14 tahun mengaku bangga pada sang ibu.Ketika Carignan berhadapan dengan peluru, meriam dan ranjau darat, suaminya tinggal di rumah bersama keempat anak mereka. Setiap pagi suami Carignan, Eric Lefrancois membangunkan Zack,14,Amelie,11,dan Ian,9.Dia juga memandikan si putri bungsu, Camille, 3.

Dia kemudian mempersiapkan sarapan dan mengantar ketiga anak ke sekolah. Carignan mempercayakan semua urusan rumah tangga kepada Lefrancois. “Saya percaya padanya 100%,” ucapnya jujur. Lefrancois sanggup mengingat kursus masing-masing anak. Dia pula yang mengantar dan menunggui mereka saat kursus berlangsung.

Lefrancois dan Carignan sengaja menyibukkan anak-anak mereka supaya tumbuh menjadi anak mandiri. “Tiga kali dalam seminggu, saya mengantar Amelie ke gymnasium. Zack mengikuti kursus biola.Ian ikut les piano dan hoki,”ujarnya. Apakah Lefrancois tidak bekerja? “Saya bekerja sebagai guru di sebuah sekolah menengah,” paparnya. Sebelum bertugas sebagai pengajar, Lefrancois pernah meniti karir dalam dunia militer.

“Dulu saya menjadi teknisi militer Kanada. Saya menjalankan tugas militer selama 22 tahun,”kenangnya. Dia mengundurkan diri dari dinas milter pada 2008 dan beralih menjadi guru. Karier sebagai guru membuat waktu luang Lefrancois pun semakin banyak.

Kini dia bisa mendampingi keempat anaknya secara langsung. “Orang-orang sering tidak percaya ketika mengetahui hanya saya sendiri yang mengurus mereka (anak-anaknya),” ujarnya sambil tertawa saat mendengar komentar orang-orang yang temuinya.