Unjuk Rasa Brutal Di Kairo
Ratusan pengunjuk rasa, kembali mencoba masuk Kedutaan Besar Amerika Serikat di distrik Garden City, Kairo. Mereka melempari petugas keamanan yang mencoba menghadang dengan bom molotov dan batu. Petugas keamanan membalas dan melontarkan gas air mata untuk membubarkan demonstran.
Saling dorong dan lempar batu terjadi antara pengunjuk rasa dan petugas keamanan. Sedikitnya 20 demonstran dan 11 petugas luka-luka dalam bentrokan itu. Dua kendaraan petugas juga terbakar akibat lemparan bom molotov itu, seperti dilaporkan wartawan Kompas, Musthafa Abd Rahman, dari Kairo.
Unjuk rasa dilakukan sebagai protes atas film yang dibuat di AS dan dianggap melecehkan Nabi Muhammad SAW. Tak hanya di Kairo, protes juga merambah ke sejumlah negara Arab, seperti Yaman, Tunisia, Maroko, Jalur Gaza di Palestina, dan Sudan.
Pengunjuk rasa di kota Sana’a, Yaman, mendobrak gedung Kedubes AS setelah berhasil menjebol pintu gerbang masuk gedung tersebut. Mereka kemudian membakar mobil yang diparkir di halaman dalam. Terjadi bentrokan dengan petugas keamanan yang melepas tembakan peringatan ke udara untuk membubarkan pengunjuk rasa.
Dubes AS untuk Yaman dan keluarganya diberitakan telah dievakuasi dari rumah dinas ke sebuah hotel. Sejumlah pengunjuk rasa juga mencoba masuk rumah dinas Dubes AS untuk Yaman itu. Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi menuduh kelompok yang mendobrak gedung Kedubes AS di Sana’a sebagai kelompok liar. Hadi juga meminta maaf atas peristiwa kekerasan di Kedubes AS di Sana’a itu kepada Presiden AS Barack Obama.
Adapun Presiden Mesir Muhammad Mursi dalam pidatonya yang disiarkan langsung televisi Mesir mengatakan menjamin kebebasan berpendapat dan berunjuk rasa serta menyampaikan sikap. Namun, Kairo menolak unjuk rasa yang menyerang orang, aset pribadi, atau kantor perwakilan asing. Mursi berjanji melindungi warga asing di Mesir, dan mengecam keras pembunuhan Dubes AS di Libya.
Mursi menyampaikan pidatonya setelah dihubungi Obama, yang meminta peningkatan penjagaan aparat keamanan Mesir kepada diplomat dan kantor Kedubes AS di Mesir. Sebaliknya, untuk meredam kemarahan massa, Pemerintah Mesir meminta AS menindak pihak yang bertanggung jawab atas produksi film kontroversial itu. Mursi menginstruksikan Kedubes Mesir di Washington melakukan upaya hukum terhadap oknum yang memproduksi film kontroversial tersebut.
Jaksa penuntut umum Mesir, Abdel Majid Mahmud, menetapkan 10 nama yang diduga terlibat dalam produksi film kontroversial itu dalam daftar hitam, dan akan ditangkap jika masuk Mesir. Mereka adalah sembilan warga Mesir dan satu warga AS. Terkait peningkatan keamanan perwakilan AS di luar negeri, petugas keamanan Jerman mengevakuasi seksi visa konsulat AS di Berlin setelah seorang staf sakit. Staf itu mengalami kesulitan pernapasan setelah membuka paspor warga Albania yang mengajukan visa masuk AS.
Protes bermartabat
Terkait beredarnya film tersebut, umat Islam di Indonesia diharapkan menyampaikan ekspresi secara bermartabat, bukan dengan kekerasan. Harapan itu disampaikan Ketua Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) Masdar Farid Mas’udi dan Sekretaris Moderate Muslim Society Hasibullah Satrawi secara terpisah di Jakarta. Masdar mengajak umat Islam di Tanah Air menyikapi film tersebut dengan kepala dingin dan jernih, tidak terpancing melakukan kekerasan seperti terjadi di Libya. Umat Islam harus mengacu pada keteladanan Nabi Muhammad dalam menghadapi penistaan seperti itu.
Agama hanya bisa dibela oleh keluhuran budi umat yang meyakininya. ”Umat Islam harus yakin, film yang menghinakan Rasulullah tak akan menghinakan beliau dan siapa pun, selain pembuat film,” kata Masdar. ”Protes hendaknya disampaikan secara elegan dan bermartabat. Umat Islam bisa lebih bijaksana menghadapi provokasi seperti film tersebut. Tunjukkan bahwa perbuatan kita jauh lebih terpuji dibandingkan si pembuat film itu,” kata Hasibullah.